Seorang jaksa penuntut New York dan pengacara Donald Trump pada hari Senin (22/4) berdebat sengit mengenai apakah mantan presiden AS secara ilegal berencana mempengaruhi hasil dari keberhasilan pencalonannya menjadi presiden pada tahun 2016 dengan melakukan pembayaran uang tutup mulut kepada dua perempuan. Kedua perempuan itu mengaku berselingkuh dengan Trump.
"Itu adalah penipuan pemilu, sangat jelas," kata Jaksa Penuntut Matthew Colangelo dengan blak-blakan kepada juri beranggotakan 12 orang dalam pernyataan pembukaannya tentang persidangan pidana pertama terhadap mantan presiden AS. "Kasus ini adalah tentang konspirasi kriminal dan upaya menutup-nutupi."
Tetapi pengacara Trump, Todd Blanche, kepada para juri mengatakan “Presiden Trump tidak bersalah. Presiden Trump tidak melakukan kejahatan apapun. Dia diselimuti dalam ketidak bersalahan. "
Colangelo memaparkan sebuah rencana luas yang menurutnya diatur Trump untuk mencegah pemilih mengetahuinya, beberapa hari sebelum pemilih menuju ke tempat pemungutan suara delapan tahun lalu, terkait hubungan dengan bintang film porno Stormy Daniels dan mantan Playmate of the Year Majalah Playboy. Kedua tuduhan tersebut dibantah oleh Presiden AS ke-45 itu.
BACA JUGA: Upaya Trump untuk Tunda Sidang Uang Suap Kembali Ditolak Pengadilan BandingColangelo mengatakan berdasarkan bukti yang rencannya akan ia paparkan, para juri akan mencapai "hanya satu kesimpulan: Donald Trump bersalah atas 34 tuduhan memalsukan catatan bisnis di tingkat pertama," akan membayar mantan pengacaranya, pelanggar hukum yang sudah divonis bersalah Michael Cohen, untuk $ 130.000 yang dibayarkan kepada Daniels agar tutup mulut.
Blanche menolak tuduhan jaksa penuntut itu sebagai menyesatkan dan tidak benar, dan memberi tahu para juri, "Saya beritahukan dulu: tidak ada yang salah dengan mencoba mempengaruhi pemilihan."
"Ini disebut demokrasi," kata Blanche.
"Gunakan akal sehat Anda," kata Blanche. “Kita warga New York. Itu sebabnya kita ada di sini. Jika kita melakukan itu, dengan sangat cepat akan ada vonis bebas dari semua tuduhan, ” yang merupakan kalimat terakhir dalam persidangan Trump yang bisa berlangsung selama enam minggu.
Dengan selesainya argumen pembukaan dari para pengacara kasus ini, jaksa penuntut Joshua Steinglass memanggil saksi pertamanya, David Pecker, mantan penerbit tabloid populer, National Enquirer.
Jaksa penuntut berharap Pecker akan menjelaskan bagaimana dia, Trump dan Cohen merencanakan apa yang disebut Colangelo sebagai "konspirasi menara Trump" untuk menjaga agar cerita yang merusak citra Trump tidak diterbitkan di tabloid itu menjelang pemilihan 2016.
"Kami menggunakan jurnalisme buku cek, dan kami membayar cerita," kata Pecker kepada para juri tentang waktunya di National Enquirer. Pecker mengatakan dia memiliki "kata akhir" atas keputusan editorial dan bahwa pembayaran lebih dari $ 10.000 untuk sebuah cerita harus disetujui olehnya.
Jurnalisme buku cek (checkbook journalism) adalah praktik membayar sejumlah besar uang untuk mendapatkan hak eksklusif atas materi berita.
Jaksa menuduh bahwa tabloid itu membayar Karen McDougal, mantan Playmate of the Year yang mengaku berselingkuh selama 10 bulan dengan Trump, $ 150.000 untuk membeli hak atas ceritanya dan kemudian tidak menerbitkannya, sebuah skema yang disebut tabloid itu “Catch and Kill."
Tetapi kesaksian Pecker terpotong segera setelah dimulai, karena Hakim Agung New York Juan Merchan menunda sidang untuk merayakan Paskah, liburan Yahudi.
Pecker usia 72 tahun diperkirakan akan kembali bersaksi pada hari Selasa setelah Merchan mengadakan sidang mengenai apakah Trump atas permintaan jaksa penuntut, dianggap menghina pengadilan dan didenda karena diduga melanggar perintah hakim untuk tidak berbicara yang melarangnya meremehkan saksi dan tokoh kunci dalam kasus ini. Trump membantah melakukan kesalahan.
Pada awal hari Senin, Merchan mengeluarkan putusan penting yang mendukung jaksa penuntut.
Hakim mengatakan bahwa jika Trump yang berusia 77 tahun memutuskan untuk bersaksi di persidangan, jaksa penuntut akan diizinkan untuk mengajukan pertanyaan kepadanya tentang kasus-kasus perdata di mana ia kalah dalam beberapa bulan terakhir.
BACA JUGA: Mantan Jaksa Agung AS: Masalah Hukum akan “Sangat Melemahkan” Potensi Trump di Pilpres 2024Trump mengatakan dia ingin bersaksi dalam pembelaannya sendiri. Tetapi putusan Merchan yang memungkinkan permintaan jaksa penuntut agar Trump diperiksa silang terkait kasus-kasus perdata sebelumnya. Pada kasus-kasus tersebut Trump diperintahkan untuk membayar ganti rugi ratusan juta dolar yang bisa lebih menyulitkan kesaksiannya dalam kasus pidana.
Pada akhirnya, tergantungTrump apakah dia memutuskan untuk bersaksi setelah mendengarkan nasihat pengacaranya.
Trump, duduk di meja pembelaan, menggelengkan kepalanya sebagai penolakan ketika Merchan mengatakan jika Trump bersaksi, jaksa penuntut bisa bertanya kepadanya di bawah sumpah tentang keputusan di mana hakim lain memerintahkannya untuk membayar ganti rugi lebih dari $ 350 juta. Ia dinyatakan bersalah karena menggembungkan nilai kepemilikan real estatnya yang luas ketika ia mencari persyaratan pinjaman yang menguntungkan untuk transaksi bisnisnya.
Selain itu, Merchan memutuskan bahwa Trump bisa ditanya tentang kasus lain di mana juri memutuskan memberikan ganti rugi $80 juta kepada penulis New York E. Jean Carroll untuk pencemaran nama baik, setelah juri sebelumnya memutuskan bahwa Trump melakukan pelecehan seksual terhadapnya di ruang ganti pakaian department store di New York pada akhir tahun 1990an.
Dalam kasus pidana itu, pengacara Trump, Blanche, kepada para juri mengatakan bahwa uang yang dibayarkan kepada Cohen bukan untuk mengganti uang tutup mulut sebesar $130.000 yang diklaim Cohen telah ia bayarkan kepada Daniels, melainkan untuk biaya hukum yang harus ia bayarkan. Cohen telah berbalik melawan mantan bosnya dan diperkirakan akan menjadi saksi kunci untuk penuntutan itu.
Saat Trump datang ke pengadilan pada suatu hari minggu lalu, Trump kepada wartawan mengatakan , “Saya membayar seorang pengacara dan menandainya sebagai biaya hukum. Memang itulah yang terjadi."
Sebelum menuju ke pengadilan pada hari Senin, Trump, calon presiden Partai Republik tahun 2024 pada pemilu 5 November, sekali lagi mengklaim di platform Truth Social-nya bahwa kasus yang menimpanya adalah bagian dari “mencari-cari kesalahan” dan “campur tangan pemilu” dari Partai Demokrat yang dirancang untuk mencegahnya berkampanye.
Pada Minggu malam, Trump mengatakan bahwa ia “secara ironis” dituduh melakukan campur tangan pemilu dalam kampanyenya pada tahun 2016, sementara ia juga membuat klaim yang sama pada saingannya saat ini Presiden Joe Biden, kandidat Partai Demokrat yang ia kalahkan pada tahun 2020.
Tujuh laki-laki dan lima perempuan duduk sebagai juri pada Kamis lalu untuk mendengarkan bukti-bukti dalam persidangan. Juri terdiri dari dua pengacara, enam orang yang bekerja di bisnis, dua di bidang pendidikan, seorang pekerja kesehatan dan seorang insinyur.
Trump menjadi presiden dari tahun 2017 hingga 2021. Dia membantah ke-34 tuduhan kejahatan itu dalam dakwaan di New York yang diajukan terhadapnya setahun yang lalu.
Jika terbukti bersalah, Trump bisa dipenjara hingga empat tahun.
Karena Trump harus hadir di pengadilan, kasus ini hampir pasti akan membatasi waktunya berkampanye sementara ia mencalonkan diri untuk kedua kalinya secara berturut-turut melawan Biden.
Mengubah buku besar perusahaannya merupakan pelanggaran ringan, namun untuk menghukum Trump atas tindak pidana yang lebih serius, jaksa harus meyakinkan juri bahwa Trump melakukan tindak pidana yang lebih serius, yakni kejahatan seperti mencoba mempengaruhi hasil pemilu 2016 dengan merahasiakan informasi tentang dugaan perselingkuhan tersebut dari pemilih.
Memberikan uang tutup mulut bukanlah hal yang ilegal, dan Trump mungkin mengklaim bahwa pembayaran tersebut dilakukan hanya untuk menghindari pengungkapan momen-momen pribadinya yang membahayakan hidupnya, bukan untuk mencoba mempengaruhi pemilu tahun 2016.
Juri yang beranggotakan 12 orang harus mencapai keputusan bulat mengenai putusan bersalah atau bebas. Jika para juri gagal mencapai kesepakatan di antara mereka sendiri, akan terjadi apa yang disebut juri gantung, sehingga jaksa penuntut harus memutuskan apakah akan mengajukan persidangan baru.
Masing-masing dakwaan memiliki kemungkinan hukuman empat tahun penjara, meski Trump dipastikan akan mengajukan banding atas putusan bersalah dan hukuman apa pun.
Kasus di New York ini adalah salah satu dari empat dakwaan pidana yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dihadapi Trump, yang mencakup 88 dakwaan, yang semuanya telah ia bantah. Namun, pengadilan uang tutup mulut ini mungkin merupakan satu-satunya yang terjadi sebelum pemilu bulan November.
Dua dari dakwaan lainnya – satu negara bagian dan satu federal – menuduhnya secara ilegal mencoba membalikkan kekalahannya pada tahun 2020, sementara dakwaan ketiga menuduhnya secara ilegal membawa ratusan dokumen keamanan nasional yang sangat rahasia ke kediamannya di tepi pantai Florida ketika masa jabatannya berakhir dan kemudian menolak permintaan penyidik untuk mengembalikannya.
Belum ada tanggal pasti persidangan yang ditetapkan untuk ketiga kasus tersebut, dan Trump telah berupaya untuk menunda tanggal persidangan menjadi setelah pemilu.
Jika dia menang pada pemilu mendaang, dia bisa berusaha agar tuduhan federal tersebut dibatalkan. Meski demikian jika dia kembali berkuasa, dia tidak akan diadili selama menjabat sebagai presiden. [my/lt]