Perusahaan farmasi termasuk Pfizer, Sanofi dan Takeda Pharmaceutical berencana menaikkan harga lebih dari 500 obat di Amerika Serikat (AS) pada awal Januari, menurut data yang dianalisis oleh perusahaan penelitian kesehatan 3 Axis Advisors.
Tanpa memperhitungkan dosis dan formulasi yang berbeda, harga lebih dari 140 merek obat akan naik pada bulan depan, demikian data tersebut menunjukkan.
Kenaikan harga tersebut diperkirakan terjadi seiring dengan persiapan industri farmasi menjelang kebijakan Pemerintahan Biden untuk memberikan subsidi terhadap 10 obat berbiaya tinggi pada September. Kebijakan itu juga diambil saat industri terus berhadapan dengan inflasi yang lebih tinggi dan biaya manufaktur yang meningkat.
Di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) Presiden Joe Biden, program kesehatan Medicare pemerintah dapat menegosiasikan harga secara langsung untuk beberapa obat mulai 2026.
Kekhawatiran juga meningkat terkait gangguan baru terhadap rantai pasokan akibat konflik Timur Tengah yang berkepanjangan. Pengirim barang terpaksa menghentikan atau mengubah rute lalu lintas dari Laut Merah, jalur perdagangan utama Timur-Barat di dunia.
Tiga perusahaan termasuk GlaxoSmithKline yang pekan lalu mengatakan akan memangkas harga beberapa obat asma, herpes, dan anti-epilepsi pada 2024, juga diperkirakan akan menurunkan harga setidaknya 15 obat pada Januari, menurut data.
Pemotongan tersebut dilakukan setelah beberapa perusahaan mengumumkan penurunan harga insulin pada awal tahun ini, dalam upaya menghindari hukuman yang dapat dikenakan berdasarkan Undang-Undang Rencana Penyelamatan Amerika 2021 jika mereka mempertahankan harga tetap tinggi.
Berdasarkan undang-undang, perusahaan farmasi diwajibkan untuk memberikan potongan harga pada program Medicaid jika kenaikan harga obat melebihi inflasi - dan mulai Januari 2024, potongan harga tersebut bahkan bisa lebih besar daripada biaya bersih sebenarnya dari obat tersebut.
BACA JUGA: Biden Umumkan Sanksi Inflasi terhadap Puluhan Produsen Obat“Semua insulin blockbuster akan terkena dampak dari kebijakan ini,” kata Presiden 3 Axis Antonio Ciaccia.
Perubahan tersebut terjadi pada daftar harga, yang tidak termasuk diskon yang diberikan kepada pengelola apotek dan diskon lainnya.
Produsen farmasi umumnya mempertahankan kenaikan harga sebesar 10 persen atau lebih rendah – sebuah praktik industri yang diikuti oleh banyak pemain besar sejak mereka mendapat kecaman karena sering menaikkan harga pada pertengahan dekade terakhir.
Pada 2023, produsen obat menaikkan harga 1.425 obat, turun dari 2022, ketika mereka menaikkan harga terhadap 1.460 obat, menurut data yang diterbitkan 46brooklyn. [ah/ft]