Menjelang perayaan Idul Fitri, para pengungsi di Gaza tengah menerima bantuan kemanusiaan dari Badan Urusan Pengungsi Palestina UNRWA pada Senin (8/4).
Sementara umat Islam di seluruh dunia mempersiapkan santapan untuk menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan, para pengungsi di sebuah kompleks sekolah di Deir al-Balah menerima bantuan darurat yang didistribusikan staf UNWRA, termasuk makanan kaleng.
Para penerima paket-paket bantuan di kamp pengungsi itu mengaku bantuan tersebut “belum cukup”.
Salah satunya adalah Fayez Abdelhadi. “Makanannya tidak cukup. Saya tidak menerima paket makanan selama dua bulan. Baru kemarin kami menerima satu paket. Itu tidaklah cukup untuk saya, anak-anak saya dan 18 orang lainnya yang bersama saya. Bahkan jika satu orang menerima satu paket per hari pun tidak akan cukup,” katanya.
Abdelhadi menambahkan, mereka juga membutuhkan perlengkapan kebersihan.
“Kami bahkan tidak memiliki persediaan perlengkapan kebersihan, sedangkan kami tinggal di daerah di mana wabah penyakit menyebar luas. Kami belum menerima perlengkapan kebersihan. Tidak ada sabun, klorin, disinfektan, dan semacamnya,” lanjutnya.
Sementara itu, pasar di kota Deir al-Balah penuh sesak pada hari Minggu (7/4) menjelang hari raya Idul Fitri.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, suasana menjelang perayaan Idul Fitri di sana masih dibayang-bayangi perang Gaza, yang kini telah memasuki bulan keenam.
Di pasar yang ramai itu, warga Palestina mengatakan kepada wartawan kantor berita Associated Press bahwa mustahil untuk merayakan Idul Fitri dengan sukacita karena Israel terus menggempur, sementara mereka berada di pengungsian, pasokan pangan menipis, dan harga-harga naik.
“Idul Fitri dalam situasi seperti sekarang ini, yakni perang yang telah berlangsung enam bulan, bukanlah Idul Fitri. Id bagi rakyat Palestina di Gaza bukanlah Idul Fitri, Idul Adha, atau perayaan kemenangan. Idul Fitri menandai berakhirnya perang dan agresi. Idul Fitri berarti akhir dari kelaparan dan penderitaan rakyat," ujar Eyad Kahlout, seorang warga lokal.
“Sebelumnya tidak ada perang, dan orang-orang tinggal di rumah, bekerja dan mendapat penghasilan. Tetapi kini, orang-orang kehilangan tempat tinggal,” kata pengungsi Mohammad Al-Khodari.
BACA JUGA: Dewan HAM PBB Tuduh Israel Lakukan Kejahatan Perang terhadap Warga PalestinaJalur Pengiriman Bantuan Dibuka, Pasukan Israel Tinggalkan Khan Younis
Pada Jumat (5/4), UNWRA menyambut baik dibukanya kembali jalur penyeberangan Erez, yang merupakan penyeberangan utama di Jalur Gaza utara, serta penggunaan sementara pelabuhan Ashdod di Israel selatan. Langkah tersebut menyusul tuntutan AS terhadap Israel agar meningkatkan pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, UNWRA menegaskan bahwa Israel masih harus berbuat lebih banyak.
Israel sejak lama menuduh UNRWA dekat dengan Hamas dan berusaha untuk membubarkan badan PBB itu. Namun, UNRWA terus membantah tuduhan tersebut dan menyebut Israel menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sementara itu, militer Israel pada hari Minggu (7/4) mengumumkan bahwa pihaknya telah menarik pasukannya dari kota Khan Younis di Gaza selatan, menandai berakhirnya fase penting dalam serangan darat Israel terhadap kelompok militan Hamas.
Akan tetapi, pejabat-pejabat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa para tentara sekadar berkumpul kembali karena mereka tengah mempersiapkan diri untuk bergerak ke Rafah, daerah yang mereka klaim sebagai benteng terakhir pertahanan Hamas. [br/ka]
Your browser doesn’t support HTML5