Satu bulan menjelang lawatan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Arab Saudi, pemerintah lokal di Distrik Columbia mengganti nama jalan di depan Kedutaan Saudi menjadi ‘Jamal Khashoggi Way.' Perubahan itu seakan-akan mengolok-olok Riyadh atas perannya dalam pembunuhan aktivis dan jurnalis pembangkang Saudi pada 2018.
"Kami bermaksud untuk mengingatkan orang-orang yang bersembunyi di balik pintu-pintu ini ... bahwa kami menganggap mereka bertanggung jawab dan kami akan meminta pertanggungjawaban mereka atas pembunuhan teman kami," kata Sarah Leah Whitson, Direktur Eksekutif DAWN, organisasi demokrasi pro-Arab yang didirikan oleh Khashoggi sebelum kematiannya.
Whitson juga mengkritik apa yang dia sebut sebagai "penyerahan tak tahu malu" dari pemerintahan Biden karena mencari hubungan yang lebih baik dengan pemerintah Saudi dan menjadwalkan kunjungan resmi presiden ke kerajaan itu.
Organisasi HAM merayakan pembukaan 'Jamal Khashoggi Way' di luar Kedutaan Besar Arab Saudi untuk menghormati jurnalis kelahiran Saudi yang terbunuh, Jamal Khashoggi, di Washington, AS, 15 Juni 2022. (Foto: REUTERS/Evelyn Hockstein)
Khashoggi, seorang jurnalis Saudi terkemuka dan kolumnis Washington Post, memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Ia sedang mengurus dokumentasi yang diperlukan terkait rencana pernikahan dan tunangan Khashoggi menunggu di luar. Namun, nahas, pria 59 tahun itu tidak pernah muncul kembali.
Pemerintah Saudi awalnya membantah melakukan kesalahan. Namun di bawah tekanan dunia yang meningkat, Riyadh akhirnya mengakui bahwa Khashoggi telah terbunuh di dalam konsulat. Saudi menyebutnya sebagai upaya repatriasi yang salah. CIA kemudian merilis sebuah laporan yang menyimpulkan bahwa Khashoggi dibunuh dan dipotong-potong atas perintah Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman.
Rezim Saudi secara konsisten membantah hubungan itu. Beberapa pejabat dan agen Saudi tingkat rendah menerima hukuman penjara atas pembunuhan itu.
BACA JUGA: Tunangan Jamal Khashoggi Bertekad akan terus Mencari Keadilan
Pada akhir tahun lalu, Dewan Distrik Columbia dengan suara bulat memilih untuk mengganti nama satu blok dengan nama Khashoggi. Penggantian nama ini bersifat seremonial, seperti yang ditandai dengan tanda jalan berwarna cokelat, bukan hijau biasa, dan itu tidak akan memengaruhi alamat surat kedutaan. Namun penanda jalan itu akan tetap ada sampai waktu yang tidak ditentukan.
Tunangan Khashoggi yang berasal Turki, Hatice Cengiz, tidak dapat menghadiri upacara tersebut, tetapi sebuah pernyataan darinya dibacakan dengan lantang.
Di dalamnya, dia dengan getir mengkritik pemerintahan Biden karena “menempatkan minyak di atas prinsip dan kemanfaatan di atas prinsip.”
Cengiz juga langsung meminta Biden, saat bertemu dengan putra mahkota, “Bisakah Anda setidaknya bertanya, ‘Di mana jenazah Jamal?’”
Peringatan mengenang jurnalis Jamal Khashoggidi Kedutaan Besar Saudi. (Foto: Reuters)
Karine Jean Pierre, sekretaris pers Gedung Putih, tidak akan mengatakan apakah Biden akan mengangkat masalah pembunuhan Khashoggi ketika dia bertemu dengan Bin Salman bulan depan.
“Presiden adalah pembicara ulung. Ini bukan sesuatu yang dia takut untuk bicarakan," katanya. Namun dia tidak mengkonfirmasi apakah kasus pembunuhan itu akan menjadi salah satu topik pembicaraan.
Pemerintah Distrik Columbia memiliki sejarah gerakan publik semacam itu untuk menjebak atau mempermalukan pemerintah asing. Pada Februari 2018, jalan di depan kedutaan Rusia diganti menjadi Boris Nemtsov Plaza, setelah seorang aktivis Rusia ditembak mati saat berjalan di jembatan dekat Kremlin pada 2015. [ah/rs]