Jelang Pilpres 2020, Perusahaan Medsos Hadapi Ancaman Intervensi Asing

Logo Facebook, Google, dan Twitter. (Foto: Reuters)

Perusahaan media sosial raksasa Google, Facebook dan Twitter, Kamis (18/6), mengatakan kepada para anggota Kongres Amerika bahwa campur tangan asing dalam platform mereka telah berkembang secara signifikan sejak pemilu presiden pada 2016.

Komite Tetap DPR Untuk Intelijen menyimak bagaimana perusahaan-perusahaan itu mengadaptasi pendekatan yang digunakan untuk melawan disinformasi seperti Covid-19, demonstrasi Black Lives Matter dan pemilu presiden 3 November mendatang, dengan menyajikan data tentang eksploitasi perbedaan politik partisan di Amerika.

Nick Pickless, Direktur Pengembangan dan Strategi Kebijakan Publik Global di Twitter mengatakan kepada para anggota DPR bahwa hingga saat ini Twitter belum melihat adanya aktor asing yang berupaya mengeksploitasi isu-isu perbedaan rasial atau perbedaan opini tentang virus corona.

“Kami belum mendapakan bukti tentang manipulasi terencana pada platform kami oleh aktor asing di bidang-bidang itu,” ujarnya.

Sementara Kepala Kebijakan Keamanan Facebook, Nathaniel Gleicher, mengatakan perusahannya belum melihat “perilaku terkoordinasi yang tidak otentik dari pihak asing, khususnya yang menarget sistem pemungutan suara atau bagaimana cara memilih di Amerika.

Namun dalam pidato pembukaannya, Adam Schiff, anggota faksi Demokrat dari negara bagian California, mengatakan meskipun perusahaan-perusahaan media telah membuat kemajuan sejak pemilu presiden pada 2016 untuk menjawab keprihatinan tentang manipulasi platform mereka oleh entitias asing, “ saya dapat mengatakan bahwa saya yakin pemilu 2020 akan bebas dari campur tangan aktor-aktor yang keji – dalam atau luar negeri – yang ingin mempersenjatai platform Anda untuk memecah belah Amerika, mengadu-domba atau memperlemah demokrasi kita.” [em/ft]