Menteri Pariwisata Jepang Tetsuo Saito mengatakan pemerintah negara itu akan terus berupaya untuk memulihkan permintaan bagi pariwisata, sementara Jepang hari Jumat (10/6) melonggarkan perbatasannya bagi wisatawan asing dan mulai menerima permohonan kunjungan.
Saito mengatakan, “Kami berharap dimulainya kembali kedatangan wisatawan asing akan membantu merangsang ekonomi lokal. Kami akan terus berupaya memulihkan permintaan bagi pariwisata sambil menyeimbangkan peraturan antivirus dan aktivitas sosial serta ekonomi.”
Perbatasan telah dilonggarkan hanya bagi mereka yang mengikuti paket tur dengan pemandu, yang bersedia mengikuti peraturan mengenakan masker dan peraturan antivirus lainnya, sementara negara itu secara berhati-hati berusaha menyeimbangkan bisnis dan kekhawatiran mengenai penularan virus.
Jumat (10/6) merupakan hari pertama dimulainya prosedur yang diperlukan untuk masuk negara itu dan kedatangan wisatawan asing diperkirakan baru dimulai paling cepat akhir Juni, meskipun kantor karantina dan imigrasi bandara siap menerima kemungkinan kedatangan itu.
Kantor Pariwisata Jepang menyatakan menerima permohonan tur dari 98 negara dan wilayah, termasuk AS, Inggris, China, Korea Selatan, Thailand dan Singapura, yang dianggap memiliki risiko infeksi rendah.
Pembukaan kembali sebagian pariwisata internasional di Jepang itu dilakukan di bawah pedoman yang didasarkan pada eksperimen pada akhir Mei lalu.
Eksperimen ini melibatkan 50 partisipan, kebanyakan adalah pegawai biro wisata dari Australia, Singapura, Thailand dan AS.
Berdasarkan pedoman itu, para partisipan diminta mengenakan masker hampir sepanjang waktu dan membeli asuransi yang mencakup biaya medis apabila mereka tertular COVID-19.
Peraturan ini tidak menetapkan batas jumlah orang dalam satu grup wisata, tetapi para pemandu harus hadir sepanjang tur itu.
Setelah menghadapi kritik bahwa kontrol perbatasannya yang ketat merupakan xenofobia, Jepang mulai melonggarkan berbagai restriksi awal tahun ini.
Pada 1 Juni, pemerintah melipatgandakan batas masuk pengunjung menjadi 20 ribu orang per hari, termasuk warga negara Jepang, siswa asing dan beberapa pelaku perjalanan bisnis. [uh/lt]