Jepang meminta militer Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan penerbangan pesawat V-22 Osprey, setelah salah satu pesawat itu jatuh ke laut pada Rabu (29/11) di Jepang barat, menewaskan sedikitnya satu orang di dalamnya, kata Menteri Pertahanan Jepang.
Angkatan Udara AS, yang mengoperasikan pesawat hibrida itu mengatakan, penyebab kecelakaan itu belum diketahui.
“Terjadinya kecelakaan seperti itu menimbulkan kecemasan besar bagi masyarakat di wilayah tersebut. Kami meminta pihak AS untuk menangguhkan penerbangan Osprey yang dikerahkan di Jepang, setelah penerbangan dipastikan aman,” kata Minoru Kihara di parlemen pada Kamis (30/11).
Pasukan Bela Diri Darat Jepang, yang juga mengoperasikan Osprey, akan menangguhkan penerbangan pesawat tersebut, sampai kejadian itu diklarifikasi, kata pejabat senior kementerian pertahanan lainnya di parlemen.
Seorang juru bicara pasukan militer AS di Jepang menolak untuk mengomentari permintaan larangan terbang itu.
BACA JUGA: Tiga Personel Militer AS Tewas dalam Kecelakaan Helikopter di AustraliaPara saksi mata mengatakan, mesin kiri pesawat tampak terbakar ketika mendekati bandara untuk pendaratan darurat dalam cuaca cerah dan angin yang sepoi-sepoi, lapor media.
Dikembangkan oleh Boeing dan Bell Helicopter, V-22 Osprey dapat terbang seperti helikopter dan pesawat sayap tetap serta dioperasikan oleh Angkatan Udara, Marinir dan Angkatan Laut AS, serta Pasukan Bela Diri Jepang.
Pengerahan pesawat itu di Jepang telah menjadi kontroversi, dan para pengecam mengatakan, pesawat tersebut rentan kecelakaan. Militer AS dan Jepang menyatakan wilayah tersebut aman.
Pada Agustus, pesawat Osprey AS jatuh di lepas pantai Australia utara, ketika mengangkut pasukan selama latihan militer rutin, menewaskan tiga Marinir AS.
Kecelakaan lainnya terjadi di laut lepas pulau Okinawa, di selatan Jepang pada bulan Desember 2016, yang menyebabkan pesawat itu dilarang terbang sementara oleh militer AS. [ps/ft]