Penduduk Jerman memperingati 25 tahun runtuhnya Tembok Berlin, dan Kanselir Jerman Angela Merkel memuji orang-orang berani yang meruntuhkan tembok itu.
Merkel memimpin sejumlah acara hari Minggu (9/11), termasuk meletakkan sekuntum bunga mawar di salah satu sisa reruntuhan Tembok Berlin untuk memperingati mereka yang meninggal sewaktu berupaya melarikan diri ke Barat.
Dalam pidato di lokasi utama peringatan itu, Angela Merkel mengatakan “runtuhnya Tembok Berlin telah menunjukkan bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan”. Ia menyebut Tembok Berlin sebagai “simbol pelanggaran negara secara konkrit yang membuat jutaan orang tidak bisa mentolerirnya lagi”.
Tetapi Merkel juga menambahkan bahwa jatuhnya Tembok Berlin menunjukkan persamaan dengan nasib banyak negara yang dikoyak perang saat ini, seperti Ukraina, Suriah dan Irak.
Peringatan di ibukota Jerman itu dimulai dengan tiupan terompet, laksana tiupan sangkakala yang dalam kitab suci Injil dikatakan merobohkan tembok Jericho.
Sejumlah pemimpin dan mantan pemimpin memperingati hal itu dengan mengingatkan masih berlanjutnya perpecahan diantara negara-negara besar.
Di Washington, Presiden Amerika Barack Obama mengatakan, tindakan Rusia terhadap Ukraina merupakan peringatan bahwa “masih banyak yang harus dilakukan di Eropa untuk menjadi suatu kesatuan yang bebas dan damai”.
Tembok Berlin membagi dua ibukota Jerman dan merupakan lambang Perang Dingin, yang terjadi antara Amerika dan sekutu-sekutunya melawan Uni Soviet pasca Perang Dunia Kedua.
Mantan pemimpin Uni Sovyet Mikhail Gorbachev hari Sabtu mengatakan dunia berada di tepi “Perang Dingin baru” dan beberapa lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya perang dingin baru itu sudah dimulai.
Pada sebuah acara yang memperingati runtuhnya tembok Berlin, Gorbachev mengatakan “pertumpahan darah di Eropa dan Timur Tengah yang dilatar belakangi oleh terhambatnya dialog antara kekuatan-kekuatan besar dunia adalah keprihatinan yang sangat besar.”