Sementara puluhan ribu Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar, mengungsi ke Bangladesh setelah desa-desa mereka dihancurkan, konon oleh pasukan keamanan dan ekstremis Buddha, para analis memperingatkan bahwa kekerasan itu dapat dimanfaatkan militan asing jika tidak ditangani dengan layak dan kelompok-kelompok teroris dapat menggunakannya sebagai alat perekrutan.
“Ada beberapa kelompok militan yang aktif di kawasan, dan mereka berbasis di Bangladesh. Sebegitu jauh tidak ada bukti konkret bahwa al-Qaida atau ISIS ada di Myanmar, meskipun kita melihat pernyataan simpati kepada warga Rohingya dari ISIS,” kata Hassan Askari, analis keamanan Asia Selatan yang berbasis di Pakistan kepada VOA.
“Tetapi kalau situasi kacau ini berlanjut atau semakin memburuk, ada kemungkinan bahwa kelompok militan atau gerakan teror menjadi aktif dan mulai masuk ke Myanmar,” tambah Askari.
“UNHCR sangat prihatin mengenai konflik yang terus berlanjut di Myanmar dan laporan bahwa warga sipil tewas selagi berusaha mengungsi ke tempat yang lebih aman,” kata Duniya Aslam Khan juru bicara Badan Urusan Pengungsi PBB, UNHCR, untuk Asia Pasifik dalam jumpa pers di Jenewa pekan ini.
“Adalah sangat urgen untuk menangani akar masalah memuncaknya kekerasan akhir-akhir ini sehingga orang tidak lagi terpaksa mengungsi, dan nantinya mereka dapat kembali dengan selamat dan bermartabat,” tambah Khan. [ds]