Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia akan segera mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina.
“Indonesia akan mengirim bantuan kemanusiaan yang akan disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan rakyat Palestina. Dan kloter pertama akan dikirimkan minggu ini,” ungkap Jokowi usai melakukan Rapat Terbatas di Istana Negara, Jakarta, Senin (30/10).
Meskipun tidak merinci jenis bantuan yang akan dikirim, Jokowi menyatakan bahwa bantuan tersebut merupakan gabungan dari bantuan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
Dalam kesempatan ini, Jokowi mengungkapkan bahwa Indonesia sangat marah dengan memburuknya situasi di Gaza, terutama menyangkut kemanusiaan. Pihaknya, kata Jokowi, akan terus mengikuti situasi dan perkembangan di wilayah tersebut. Indonesia, katanya, juga mengutuk keras serangan acak terhadap masyarakat sipil dan fasilitas sipil di Gaza.
“Kekerasan harus dihentikan, gencatan senjata harus terus diupayakan, bantuan kemanusiaan harus terus didorong dan dipercepat. Dan Indonesia terus melakukan komunikasi dengan banyak pihak untuk mengupayakan penyelesaian masalah ini,” tuturnya.
Senada dengan Jokowi, pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Agung Nurwijono mengatakan dua hal penting yang harus tetap didorong adalah gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan yang masif.
Meski begitu, menurutnya, harus ada langkah-langklah diplomatik lain.. Pasalnya, Israel tetap menolak gencatan senjata walaupun sebuah resolusi sudah tercipta lewat Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, langkah-langkah diplomatik ini penting untuk segera diupayakan karena dampak perang tersebut sudah cukup melebar.
“Sentimennya mulai melebar kepada isu boikot. Artinya isunya sudah melebar, yang tadinya hanya di level elite, politik dan segala macam. Tetapi sudah sampai kepada urusan yang berbagai macam. Artinya memang daripada imbasnya semakin punya efek domino yang besar kepada hal lain, rasa-rasanya memang langkah diplomatik tetap harus diupayakan,” ungkap Agung.
Lantas, langkah diplomatik apa yang dimaksud Agung? Salah satunya adalah mendesak negara-negara besar, khususnya Amerika Serikat, mendorong dan meminta Israel untuk segera melakukan gencatan senjata.
BACA JUGA: Menlu RI Serukan Israel untuk Hentikan Pendudukan IlegalHal ini menurutnya penting, karena berbagai jalan multilateral telah dilakukan -- seperti Sidang Umum PBB, dan pertemuan Liga Arab -- tetapi hanya berujung kepada kecaman yang tidak menghentikan Israel untuk melakukan berbagai serangan dengan alasan bela diri. Alasan bela diri Israel, kata Agung, bersifat kontraproduktif terhadap narasi perdamaian, dan narasi solusi dua negara.
Selain mendorong Amerika Serikat, kata Agung. cara lain yang perlu dicoba juga adalah melakukan pendekatan kepada negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengan Israel untuk mengambil sikap.
Your browser doesn’t support HTML5
“Ketika faktor negara besar itu tidak bisa didorong, selalu yang Israel upayakan selama beberapa waktu terakhir adalah normalisasi dengan dunia Islam. Artinya bukan sekedar dunia Arab, tapi adanya itikad lain. Yang juga bisa didorong adalah dengan negara yang sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sebagai wujud bahwa ternyata normalisasi itu bisa berdampak terhadap masa depan Palestina,” jelasnya.
“Kalau kemudian itu tidak berdampak secara signifikan, kemudian ini akan menjadi pertanyaan besar berikutnya: apakah kemudian normalisasi itu bisa memberikan dampak positif terhadap perdamaian Palestina dan Israel?” pungkasnya. [gi/ab]