Presiden Joko Widodo optimis hasil olahan tanaman porang bisa memiliki prospek yang cerah di masa depan. Ia meminta pihak Kementerian Pertanian (Kementan) untuk serius dalam menggarap dan mengembangkan salah satu komoditas pertanian tersebut.
“Dan saya tadi menyampaikan kepada Mentan untuk betul-betul kita seriusi komoditas baru, komoditas porang," ungkap Jokowi ketika mengunjungi Pabrik Pengolahan Porang PT Asia Prima di Kabupaten Madiun, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Porang (Amorphopallus muelleri blume) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang mengandung karbohidrat glukomanan atau zat gula dalam bentuk kompleks.
Jokowi memprediksi jenis olahan porang ini akan banyak diminati masyarakat karena sehat. Maka dari itu, katanya, porang akan bisa menjadi makanan pokok di masa yang akan datang sebagai pengganti beras.
Your browser doesn’t support HTML5
“Pasarnya juga masih terbuka lebar, dan kita tahu porang ini akan menjadi makanan masa depan, karena low calories, low karbo dan rendah kadar gula. Saya kira ini bisa menjadi makanan sehat ke depan," jelasnya.
Selain sehat, komoditas tersebut bernilai ekonomis sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani. Per satu hektare untuk tanaman porang ini, kata Jokowi, bisa menghasilkan 15-20 ton dalam kurun waktu musim tanam delapan bulan. Pundi-pundi rupiah yang dihasilkan kurang lebih mencapai Rp40 juta.
Nilai Tambah
Ia pun berpesan kepada para petani untuk bisa mengolah porang ini dengan baik, sehingga nilai tambah yang dihasilkan bisa dikerjakan di dalam negeri, baik dalam bentuk barang setengah jadi maupun barang jadi. Menurut Presiden, hal ini bisa berdampak kepada segala sektor salah satunya bisa dari sisi penambahan lapangan pekerjaan di dalam negeri.
“Saya kira proses-proses seperti itu yang pemerintah inginkan. Jangan sampai nanti yang mengolah itu di Jepang, atau di China, Korea Selatan atau di Eropa. Nggak, kita harus mengolah sendiri, ada hilirisasi, industrialisasi, sehingga nilai tambah betul-betul ada di dalam negeri,” tuturnya.
BACA JUGA: Jokowi Lepas Ekspor Komoditas Pertanian Senilai Rp7,29 TriliunPresiden juga menjelaskan pemerintah ingin membangun sebuah ekosistem yang saling menguntungkan di mana selain masyarakatnya untung, lingkungan sekitarnya juga dapat terjaga dengan baik. Untuk itu, ia mendorong Menteri Pertanian untuk membuat perencanaan besar terkait prospek porang sebagai sebuah primadona komoditas pertanian baru.
"Artinya, memang porang ini sangat menjanjikan dan sekali lagi saya harapkan Pak Menteri ada sebuah target-target angka yang harus kita punyai sehingga para petani ini betul-betul memiliki sebuah panduan arah ke mana porang ini akan dibawa," paparnya.
Petani Milenial Porang
Manisnya hasil pertanian tanaman porang ini juga dirasakan petani milenial Yayok Triono. Pemuda berusia 30 tahun ini merupakan petani porang generasi ketiga yang mulai menanam porang dari tahun 2010.
Ia pun berujar bahwa banyak anak muda di wilayahnya saat ini tertarik untuk menjadi petani porang karena selain meneruskan usaha orang tua, juga karena dianggap cukup menguntungkan.
“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah, bahwa tahun 2020 kami sudah dibantu pupuk organik sekian ribu ton. Petani milenial, petani muda di desa kami, kalau zaman dulu lulus sekolah cari kerja di kota. Kalau sekarang tidak Pak, lulus sekolah jadi petani porang, tiga tahun berjuang bertani porang, setelah tiga tahun bawa pulang mobil Pak. Jadi seperti itu,” ujar Yayok.
Beda halnya dengan Yayok, petani porang lainnya, yakni Didik Kuswandi dari Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur ini merasakan bercocok tanam porang dapat menghasilkan sebuah ekosistem yang baik dan tidak merusak lingkungan. Ia bercerita lebih dari 2.000 hektare tanaman porang mulai diberdayakan di desanya sejak tahun 1985 dan 100 persen diolah oleh warga yang tinggal di desa tersebut.
“Bagi kami petani yang berada di wilayah Madiun ini, porang bukan hanya sekedar mempunyai nilai ekonomi, tapi porang menjaga kelestarian alam kita," kata Didik.
"Di hutan ini menghasilkan komoditi yang sangat bermanfaat bagi kami petani, ada jahe, di hutan juga mulai kita pelihara lebah, yang itu ekosistem ini, karena porang ini sangat ramah lingkungan. Jadi di kebun porang kami ada lebah, banyak juga buah-buahan mulai alpukat, durian,” tambahnya.
Dengan bantuan dari pemerintah, ujar Didik, petani porang di Madiun semakin terpacu untuk bisa mengembangkan dan mengolah komoditas tersebut dengan lebih baik lagi.
“Yang kami rasakan, terkait anggaran pembiayaan, atas kerja sama dengan perbankan mulai dari BRI, BNI, petani semangatnya terpacu bagaimana menghasilkan produk porang yang sesuai dengan permintaan pasar," katanya.
Porang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup. Porang juga kerap diolah sebagai produk kosmetik. [gi/ah]