Presiden Joko Widodo memberikan lima arahan untuk mempercepat penanganan penanganan banjir bandang dan tanah longsor di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Pertama, Jokowi meminta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), dibantu dengan Panglima TNI dan Kapolri mengerahkan tambahan personel untuk mempercepat operasi pencarian, evakuasi, dan penyelamatan (SAR) korban, di wilayah terisolir, seperti di gugus pulau di NTT.
“Saya minta kepada juga Menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Pak menteri untuk mengerahkan alat-alat berat dari berbagai tempat dan jika jalur darat masih sulit ditembus, saya juga minta agar dipercepat pembukaan akses melalui laut maupun udara,” kata Jokowi dalam Rapat terbatas, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/4).
Kedua, Jokowi meminta Menteri Kesehatan untuk memastikan hadirnya layanan kesehatan untuk menangani korban yang memerlukan pertolongan medis dengan memperbanyak tempat-tempat pelayanan kesehatan di lapangan dan mempersiapkan rumah sakit. Dia juga menekankan untuk memperbanyak jumlah tenaga medis dan obat-obat yang diperlukan.
Ketiga, dia memerintahkan agar kebutuhan dasar dan logistik bagi para pengungsi bisa segera dipenuhi. Jokowi ingin pihak-pihak terkait mencari cara yang efektif agar bantuan-bantuan bisa segera sampai kepada pengungsi, mengingat bantuan sulit menjangkau tempat pengungsi karena cuaca ekstrem.
“Saya minta BNPB dan Pemda segera mendata titik pengungsian memastikan logistiknya, tendanya, dapur lapangannya untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi para pengungsi juga kebutuhan untuk bayi dan anak-anak terutama air bersih dan MCK-nya (Mandi, Cuci, Kakus),” paparnya.
BACA JUGA: Banjir di Kawasan Timur Indonesia, 100 Lebih TewasKeempat, Jokowi memerintahkan Menteri PUPR untuk mempercepat perbaikan infrastruktur yang rusak dan akses jalan bagi masyarakat. Pemerintah, katanya juga akan segera memulihkan aliran listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan internet, serta mendistribusikan logistik dan bahan bakar minyak (BBM) sehingga bantuan dapat segera tersalurkan kepada korban bencana.
Terakhir , Jokowi meminta semua pihak untuk mengantisipasi bahaya lanjutan dari cuaca ekstrem yang diperkirakan masih akan terjadi di berbagai kawasan di Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kata Jokowi, harus memastikan seluruh kepala daerah dan masyarakat dapat memantau serta mengakses prediksi cuaca dan iklim yang dikeluarkan BMKG untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan menghadapi risiko bencana.
Wilayah Terdampak
Kepala BNPB Doni Monardo yang saat ini berada di Kabupaten Lembata, Provinsi NTT mengatakan, setidaknya ada 11 wilayah yang terdampak termasuk Kabupaten Bima, di provinsi NTB akibat siklon tropis Seroja ini. Data jumlah korban jiwa sampai saat ini masih fluktuatif.
“Untuk sementara korban jiwa yang meninggal sekitar 81 orang tapi mohon maaf data akan berubah setiap jam dan yang masih dalam pencarian 103 orang,” ujar Doni.
Adapun wilayah yang paling terdampak parah sejauh ini adalah Pulau Adonara, di Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Lembata di Provinsi NTT.
Berdasarkan laporan dari pemda setempat, ujar Doni, di Lembata setidaknya ada 224 unit rumah rusak berat, 15 unit rumah rusak sedang, dan 75 unit rumah rusak ringan.
BNPB dan Kementerian PUPR, ujar Doni, akan segera merelokasi masyarakat yang berada di wilayah tersebut ke tempat pengungsian. TNI dan Polri juga sudah membangun dapur lapangan hampir di semua titik sehingga diharapkan tidak ada masyarakat yang tidak mendapatkan pasokan logistik.
“BNPB juga menyiagakan satu pesawat kargo di Kupang untuk membantu logistik baik ke Lembata dan juga kawasan lainnya yang membutuhkan,” jelasnya.
Ditambahkannya, fasilitas kesehatan sudah tersedia di hampir semua wilayah yang terdampak, tetapi tenaga kesehatan seperti dokter masih sangat terbatas.
Untuk menghindari kerumunan di tempat-tempat pengungsia, BNPB akan mengupayakan agar pengungsi tersebut bisa menyewa rumah keluarga mereka sendiri dengan memberikan bantuan dana siap pakai dari BNPB kepada setiap kepala keluarga.
Doni mengatakan BNPB dan Kemenkes menyalurkan alat rapid test antigen ke seluruh daerah agar bisa melakukan pengujian terhadap warga, termasuk rombongan-rombongan dari luar daerah, seperti jajaran TNI, Polri dan para relawan
Pemerintah juga akan segera memperbaiki rumah warga yang rusak akibat dihantam badai ini. P Anggaran yang disiapkan oleh pemerintah untuk memperbaiki rumah rusak berat adalah Rp50 juta, rusak sedang Rp25 juta, dan rusak ringan Rp10 juta,
Pengaruh 'Global Warming'
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, mengatakan pihaknya sudah menyebarluaskan peringatan siklon tropis Seroja ke sejumlah stasiun BMKG dan kepada pemerintah daerah di lokasi terdampak sejak badai itu terdeteksi pada 2 April.
Dwikorita menjelaskan siklon Seroja masih terdeteksi di wilayah perairan NTT, tapi akan makin menjauhi wilayah Indonesia setelah 7 April. Meski begitu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Pasalnya, selain hujan lebat, siklon tropis Seroja disertai dengan angin kencang dan gelombang tinggi, yang meskipun tidak sekuat tsunami, tapi bisa merusak.
Dia menjelaskan ketinggian gelombang bisa mencapai 6 meter di Samudera Hindia dan 4-6 meter di perairan di Nusa Tenggara Timur, di Flores, dan di Laut Sawu di Perairan Selatan, Pulau Sumba.
Lanjutnya, tercatat ada sepuluh siklon tropis di Indonesia sejak 2008, tapi tidak terjadi setiap tahun. Namun, katanya, sejak 2017 badai siklon tropis ini selalu ada setiap tahun, bahkan bisa terjadi dua kali dalam satu tahun.
BACA JUGA: Jokowi: Pemerintah Segera Tangani Bencana Banjir Bandang dan Longsor di NTT, NTBMenurutnya, siklon tropis Seroja ini pertama kalinya terjadi sangat dahsyat dan tidak lazim karena gelombang tingginya masuk ke daratan. Ia memperkirakan hal ini akibat dari pemanasan global atau global warming.
“Semakin panasnya suhu muka air laut yang tentunya laut itu tempat mengabsorbsi CO2 dan itu adalah dampak dari gas rumah kaca, bisa dirunut ke sana. Ini baru hipotesis ya. Tapi ada korelasi dengan peningkatan suhu muka air laut yang dipengaruhi juga oleh global warming,” paparnya
Oleh karena itu, katanya, pemanasan global harus dimitigasi. Jika tidak, siklon akan menjadi kejadian rutin setiap tahun. [gi/ft]