Presiden Joko Widodo menargetkan pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 harus bisa menguji sebanyak 20.000 spesimen per hari dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
“Untuk pengujian spesimen. Saya menyampaikan terima kasih bahwa target pengujian spesimen yang dulu saya targetkan 10.000 sudah terlampaui. Saya harapkan target berikutnya 20.000 per hari. Ini sudah mulai kita rancang ke sana,” ungkapnya dalam rapat terbatas, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/6).
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, guna mencapai target pengujian spesimen 20.000 per hari, pemerintah akan merekrut relawan untuk bisa bekerja di labolatorium. Hal ini dikarenakan, sumber daya manusia (SDM) di 148 labolatorium yang tersedia masih sangat terbatas.
Menurutnya, relawan nanti yang akan direkrut adalah, mahasiswa S2 jurusan biologi molekuler, keperawatan, kebidanan, dan kesehatan masyarakat.
“Bapak Presiden menyetujui untuk nanti Pak Menristek dengan Menkes dan Mendikbud untuk menginisiasi memperbanyak jumlah relawan dan mungkin bisa juga dikaitkan dengan kegiatan KKN atau PPL mahasiswa-mahasiswa itu,” ungkap Muhadjir.
Ia berharap, target itu terpenuhi, agar pemerintah bisa menaikkan jumlah testing sebanyak 30.000 sampel per hari sesuai standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Nah, memang mestinya nanti targetnya yang paling paling maksimal atau yang betul-betul bisa memenuhi standar WHO ya 30.000 itu, karena perhitungan rasio jumlah penduduk dan yang dites itu tentu saja sekitar 30.000 itu,” imbuhnya.
Ketua Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, guna mendukung pencapaian target jumlah testing spesimen 20.000 per hari, pihaknya memastikan ketersediaan reagennya terpenuhi. Menurutnya, pemerintah sudah menjalin kerja sama dengan negara pemasok reagen tersebut.
Your browser doesn’t support HTML5
“Reagen tahap pertama masih tersedia. Jadi total sekitar 1,1 juta reagen untuk PCR baik itu VTM RNA ekstraksi itu semuanya sudah kita dapatkan. Mungkin dalam beberapa minggu ke depan stoknya sudah mulai berkurang, tetapi tetap ada kerjasama dengan beberapa negara. sewaktu-waktu kita membutuhkan reagen maka stok yang ada ini bisa kita datangkan. demikian juga beberapa swasta sudah berusaha untuk mendapatkan reagen sehingga bisa kombinasi nanti,” jelas Doni.
Jokowi juga ingin bahwa pelacakan kasus positif Covid-19 di lingkungan masyarakat bisa dilakukan dengan berbasis teknologi. Menurutnya, dengan cara ini akan bisa lebih efektif, mudah dan cepat.
“Sekali lagi saya minta untuk pelacakan secara agresif dilakukan lebih agresif lagi dengan menggunakan sistem teknologi telekomunikasi dan bukan cara-cara konvensional lagi. Seperti yang kita lihat di negara-negara lain, misalnya di Selandia Baru, mereka menggunakan digital diary, kemudian Korsel mengembangkan mobile GPS untuk data-data sehingga pelacakan itu lebih termonitor dengan baik,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menginstruksikan kepada Gugus Tugas dan Kementerian Kesehatan untuk fokus mengendalikan kasus positif di provinsi yang kasusnya terus naik hingga saat ini, yaitu Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
Ia pun mengingatkan pentingnya data dalam penanganan Covid-19 ini, sehingga Jokowi meminta manajemen data terpusat segera diperbaiki, agar kelak kebijakan yang diambil tepat sasaran.
“Berkaitan dengan satu data. Seperti yang sudah saya sampaikan dalam ratas hari Selasa yang lalu bahwa manajemen untuk satu data ini sudah mulai diperbaiki sehingga kita nantinya bisa melaporkan secara realtime dari laboratorium, dari gugus tugas yang ada di daerah sehingga dalam pengambilan keputusan, kebijakan bisa tepat dan akurat. Untuk itu, sekali lagi, saya minta pintunya betul-betul hanya satu,” jelasnya.
Pemerintah Targetkan Bisa Temukan Vaksin Covid-19 Akhir Tahun
Sementara itu, Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan, sesuai dengan instruksi Presiden Indonesia harus bisa mandiri dalam menemukan dan memproduksi vaksin Covid-19, agar tidak bergantung kepada negara lain. Ia optimistis, peneliti di Indonesia bisa menemukan dan bahkan bisa memproduksi vaksin pada akhir tahun ini.
BACA JUGA: Jokowi Dorong Indonesia Bisa Temukan Vaksin Covid-19“Kemudian terkait vaksin indonesia harus mandiri. Target Indonesia bisa memproduksi akhir tahun ini. Sehingga tadi Presiden menginstruksikan peneliti kita untuk mencari menemukan vaksin untuk digunakan indonesia sendiri, karena Bapak Presiden menyampaikan sekarang ada 147 pihak di dunia yang bergerak menyusun vaksin , tapi mereka nanti pertama-tama akan digunakan untuk kebutuhan sendiri. Sementara kita punya 270 juta warga sehingga mau tidak mau tidak mungkin mengandalkan impor jadi harus siap-siap melakukan riset vaksin untuk Indonesia sendiri,” jelasnya.
Doni Monardo: Presiden Minta Tes Covid-19 Tidak Beratkan Masyarakat
Ketua Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan Presiden Joko Widodo menginstruksikan standarisasi harga tes Covid-19 lewat metode PCR. Hal ini penting karena penerbangan kini mengharuskan penumpang menunjukkan bukti bebas Covid-19.
Jokowi, kata Doni, ingin harga tes PCR tidak terlalu mahal sehingga tidak membebani masyarakat yang akan melakukan tes secara mandiri. Saat ini tes di sejumlah rumah sakit masih mencapai jutaan rupiah.
"Bapak Presiden meminta harga itu tidak memberatkan para petugas atau masyarakat yang akan bepergian. Bapak Presiden menugaskan Menteri Kesehatan untuk menentukan standarisasi harga," ungkap Doni.
Kasus Corona di Indonesia Capai 28818
Juru bicara penanganan kasus virus corona Dr Achmad Yurianto melaporkan pada Kamis (4/6) jumlah kasus corona di Indonesia menjadi 28.818, setelah ada penambahan 585 kasus baru.
Selain itu, juga tercatat ada 486 pasien yang sudah diperbolehkan pulang, sehingga total pasien yang telah pulih mencapai 8.892. Sayangnya, jumlah kematian masih terus bergerak naik. Sebanyak 23 orang meninggal dunia, sehingga total penderita yang meninggal pun menjadi 1.721.
Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 47.373 dan pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 13.416. [gi/ab]