Jumlah Pejuang Asing ISIS Bertambah di Suriah, Irak, Termasuk dari Amerika

Seorang tentara ISIS di Kobani, Suriah (foto: dok).

Nick Rasmussen, kepala Pusat Kontraterorisme Nasional AS mengatakan jumlah pejuang asing yang datang ke Suriah jauh melebihi jumlah pejuang yang bergabung dengan “jihad” di Afghanistan, Pakistan, Irak, Yaman atau Somalia dalam 20 tahun terakhir.

Pejuang-pejuang asing berdatangan ke Suriah dan Irak dalam jumlah besar untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam (ISIS) dan organisasi-organisasi ekstrimis lain, termasuk setidaknya 3.400 orang dari negara-negara Barat dari 20.000 jumlah total dari seluruh dunia.

Agen-agen intelijen Amerika Serikat kini berkeyakinan bahwa tak kurang dari 150 warga Amerika telah mencoba, dan sebagian berhasil memasuki medan perang di Suriah, menurut beberapa pejabat dalam pernyataan mereka bagi Komite Keamanan Dalam Negeri Kongres AS, Rabu (2/11).

Sebagian di antara mereka ditahan dalam perjalanan, sejumlah di antara mereka tewas di medan perang dan beberapa lagi masih bertempur bersama kelompok militan. Kesaksian ini dan data-data lain diperoleh kantor berita Associated Press, Selasa (2/10).

Nick Rasmussen, kepala Pusat Kontraterorisme Nasional AS mengatakan jumlah pejuang asing yang datang ke Suriah jauh melebihi jumlah pejuang yang bergabung dengan “jihad” di Afghanistan, Pakistan, Irak, Yaman atau Somalia dalam 20 tahun terakhir.

Pejabat-pejabat Amerika mengkhawatirkan bahwa pejuang-pejuang asing tersebut, yang berdatangan dari 90 negara, akan kembali ke negara asal mereka di Eropa atau AS tanpa terlacak untuk melancarkan serangan-serangan terror. Setidaknya seorang di antara mereka yang terlibat dalam serangan terhadap kantor redaksi tabloid satir Charlie Hebdo di Paris, telah sebelumnya bergabung dengan sebuah kelompok militan di Yaman.

Sementara itu, Gedung Putih mengajukan proposal Selasa (2/10) yang meminta Kongres AS untuk mengizinkan militer AS untuk melawan ISIS dalam tiga tahun mendatang. Pengajuan formal bagi perundang-undangan diharapkan akan berlangsung, Rabu (2/11).

Juga di Gedung Putih, Presiden Barack Obama memberi penghormatan Kayla Jean Mueller, seorang anak muda Amerika yang kabar kematiannya dikonfirmasi Selasa. Mueller tewas di tangan ISIS, walaupun kelompok tersebut menyalahkan serangan udara Yordania sebagai penyebab tewasnya Mueller.

Obama mengatakan, “Tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, Amerika Serikat akan mencari dan membawa keadilan bagi teroris yang bertanggung jawab atas tertangkap dan tewasnya Kayla.”

Sehubungan dengan pejuang asing, para pejabat mengakui sulit untuk melacak warga Amerika dan Eropa yang telah berhasil menjangkau Suriah, di mana ISIS menjadi kekuatan dominan untuk menggulingkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Kedutaan Amerika Serikat di Suriah telah ditutup, dan CIA tidak memiliki keberadaan permanen di negara tersebut.

“Begitu sampai di Suriah, sulit untuk mengetahui apa yang terjadi di sana,” menurut kesaksian yang telah disiapkan oleh Michael Steinbach, asisten director kontraterorisme FBI. “Ketidakjelasan ini memprihatinkan.”

Perkiraan adanya 20.000 pejuang asing ini melampaui perkiraan semula yang menempatkan jumlah pejuang asing di angka 19.000. Jumlah warga atau penduduk Amerika yang telah berangkat atau mencoba pergi ke medan perang di Suriah dan Irak naik dari 50 setahun lalu dan 100 beberapa bulan lalu, menjadi 150 orang.