Tiga puluh anggota baru kabinet bersatu yang dipimpin Perdana Menteri Saad Hariri diumumkan hari Minggu (18/12) di Lebanon, hampir dua bulan setelah presiden baru terpilih. Hariri bertekad mewujudkan prioritas utamanya yaitu melindungi Lebanon dari dampak perang saudara di negara tetangga Suriah.
Kabinet itu umumnya mencakup kelompok-kelompok politik negara itu, termasuk militan Syiah Hizbullah yang menguasai dua kursi. Kabinet itu akan melangsungkan rapat pertama mereka hari Rabu mendatang (21/12).
Berbicara kepada wartawan tak lama setelah kabinet baru itu diumumkan, Hariri mengatakan prioritas pemerintahnya adalah “mempertahankan stabilitas yang ada di Lebanon di tengah meluasnya gejolak di kawasan itu”.
Ditambahkannya, pemerintahnya akan berupaya “mengisolasi negaranya dari dampak-dampak negatif perang Suriah” dan akan meminta bantuan internasional untuk menangani ratusan ribu pengungsi Suriah yang datang ke Lebanon.
Lebanon kini menampung sekitar 1,2 juta pengungsi Suriah, atau seperempat dari jumlah penduduk negara itu. Lima tahun terakhir ini perang Suriah telah meluas ke Lebanon dalam bentuk bentrokan dan pemboman yang menewaskan sejumlah orang.
Menyikapi perang di Suriah, Lebanon terpecah tajam. Perdana Menteri Saad Hariri merupakan pengecam keras pemerintahan Bashar Al Assad, sementara Hizbullah justru telah mengirim ribuan pejuangnya untuk mendukung Assad.
Hariri yang menjabat sebagai perdana menteri selama 14 bulan hingga pada awal 2011, mulai membentuk kabinet baru pada awal November, beberapa hari setelah presiden terpilih yang baru – Michel Aoun – memintanya untuk membentuk kabinet tersebut. Pemerintah baru ini masih harus mendapat persetujuan dari parlemen.
Hariri adalah putra mantan perdana menteri Rafik Hariri, pebisnis bilyuner dan politisi berpengaruh yang dibunuh pada tahun 2005 di Beirut. Sejumlah anggota Hizbullah telah diadili secara in absentia oleh mahkamah kriminal internasional yang didukung PBB di Den Haag, Belanda. [em]