Google menguji alat teknologi tinggi terbaru sebelum dijual di pasar, namun kelompok konsumen khawatir dengan potensi penyalahgunaan.
LOS ANGELES —
Google telah menjual alat teknologi tinggi terbarunya, Kacamata Google, pada kelompok tertentu untuk menguji teknologinya sehingga bisa memperbaikinya untuk pasar luas. Kritikan terbesar adalah mengenai privasi.
Ketika profesor Marcia Dawkins dari University of Southern California (USC) Annenberg pertama kali mendengar tentang kacamata Google, hanya ada satu hal dalam benaknya.
"Saya pikir ini sesuatu yang saya butuhkan untuk mengajar dan mudah-mudahan untuk kehidupan pribadi juga," ujarnya.
Kacamata Google milik Dawkin tampak seperti kacamata tanpa lensa berwarna oranye terang. Namun ada kaca kotak kecil di pojok kanan atas bingkai kacamatanya. Melalui kaca itu, Dawkins telah merekam video sambil bersepeda.
Ia juga dapat berbicara dengan saudara perempuannya di Thailand dengan kacamata Google. Ia berencana menggunakan alat itu di kelasnya untuk mengajar pidato tahun depan. Dawkins juga ingin merekam kuliahnya dengan Kacamata Google untuk memungkinkan para mahasiswanya melihat apa yang ia lihat.
"Saya sering mengatakan pada mereka di awal tahun ajaran, bahwa jika mereka dapat melihat saya, saya dapat melihat mereka, namun mereka tidak percaya. Mereka pikir mereka tidak terlihat di belakang laptop," ujar Dawkins.
Namun tidak semua orang menyambut baik teknologi baru ini.
“Alat ini pada dasarnya akan memungkinkan orang untuk memata-matai Anda dan merekamnya, tanpa Anda sadari," ujar John Simpson, direktur proyek privasi dari kelompok kepentingan publik Consumer Watchdog.
Namun Chris Dale dari Google mengatakan alat itu dirancang untuk mengatasi masalah tersebut.
"Untuk mengaktifkan kamera atau merekam video, Anda harus melakukan gerakan yang terlihat jelas atau mengutarakan sesuatu dengan suara keras. Selain itu, ada tombol kecil pada kacamata yang harus disentuh untuk menunjukkan pada semua orang bahwa Anda sedang memotret atau merekam video," ujarnya.
Namun pembuat film Chris Barrett menunjukkan bahwa alat itu dapat merekam gambar dengan mudah tanpa diketahui orang lain. Kacamatanya memperlihatkan seorang pria yang ditangkap setelah berkelahi dalam sebuah pertunjukan kembang api. Ia mengunggah video itu di YouTube.
Mike DiGiovanni dapat mengambil foto hanya dengan mengedipkan mata.
Para penyintas telah bisa membuat teknologi pengenalan wajah untuk dioperasikan oleh kacamata tersebut. Teknologi itu dapat memindai wajah, mengidentifikasi orang tersebut dan menyediakan informasi mengenai orang tersebut. Google mengatakan mereka tidak akan menyetujui aplikasi pengenalan wajah.
Simpson dari Consumer Watchdog mengatakan mungkin akan perlu persetujuan Kongres untuk melindungi privasi publik.
"Saya kira akan perlu beberapa undang-undang yang serius. Kita perlu mengeluarkan beberapa aturan," ujarnya.
Dawkins mengatakan masalah privasi akan menjadi diskusi kuliahnya, saat ia menggunakan Kacamata Google untuk meningkatkan pengalaman belajar para mahasiswanya.
Ketika profesor Marcia Dawkins dari University of Southern California (USC) Annenberg pertama kali mendengar tentang kacamata Google, hanya ada satu hal dalam benaknya.
"Saya pikir ini sesuatu yang saya butuhkan untuk mengajar dan mudah-mudahan untuk kehidupan pribadi juga," ujarnya.
Kacamata Google milik Dawkin tampak seperti kacamata tanpa lensa berwarna oranye terang. Namun ada kaca kotak kecil di pojok kanan atas bingkai kacamatanya. Melalui kaca itu, Dawkins telah merekam video sambil bersepeda.
Ia juga dapat berbicara dengan saudara perempuannya di Thailand dengan kacamata Google. Ia berencana menggunakan alat itu di kelasnya untuk mengajar pidato tahun depan. Dawkins juga ingin merekam kuliahnya dengan Kacamata Google untuk memungkinkan para mahasiswanya melihat apa yang ia lihat.
"Saya sering mengatakan pada mereka di awal tahun ajaran, bahwa jika mereka dapat melihat saya, saya dapat melihat mereka, namun mereka tidak percaya. Mereka pikir mereka tidak terlihat di belakang laptop," ujar Dawkins.
Namun tidak semua orang menyambut baik teknologi baru ini.
“Alat ini pada dasarnya akan memungkinkan orang untuk memata-matai Anda dan merekamnya, tanpa Anda sadari," ujar John Simpson, direktur proyek privasi dari kelompok kepentingan publik Consumer Watchdog.
Namun Chris Dale dari Google mengatakan alat itu dirancang untuk mengatasi masalah tersebut.
"Untuk mengaktifkan kamera atau merekam video, Anda harus melakukan gerakan yang terlihat jelas atau mengutarakan sesuatu dengan suara keras. Selain itu, ada tombol kecil pada kacamata yang harus disentuh untuk menunjukkan pada semua orang bahwa Anda sedang memotret atau merekam video," ujarnya.
Namun pembuat film Chris Barrett menunjukkan bahwa alat itu dapat merekam gambar dengan mudah tanpa diketahui orang lain. Kacamatanya memperlihatkan seorang pria yang ditangkap setelah berkelahi dalam sebuah pertunjukan kembang api. Ia mengunggah video itu di YouTube.
Mike DiGiovanni dapat mengambil foto hanya dengan mengedipkan mata.
Para penyintas telah bisa membuat teknologi pengenalan wajah untuk dioperasikan oleh kacamata tersebut. Teknologi itu dapat memindai wajah, mengidentifikasi orang tersebut dan menyediakan informasi mengenai orang tersebut. Google mengatakan mereka tidak akan menyetujui aplikasi pengenalan wajah.
Simpson dari Consumer Watchdog mengatakan mungkin akan perlu persetujuan Kongres untuk melindungi privasi publik.
"Saya kira akan perlu beberapa undang-undang yang serius. Kita perlu mengeluarkan beberapa aturan," ujarnya.
Dawkins mengatakan masalah privasi akan menjadi diskusi kuliahnya, saat ia menggunakan Kacamata Google untuk meningkatkan pengalaman belajar para mahasiswanya.