Kairo Berstatus 'Lockdown' Setelah Protes Jumat Malam

Sekelompok kecil pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Kairo meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, Kairo, Mesir, 21 September 2019.

Jalan-jalan di Kairo mengalami kemacetan pada Sabtu (21/9) pagi, sementara pos-pos pemeriksaan polisi diberlakukan di seluruh kota.

Ratusan tentara yang dipersenjatai dan petugas polisi dilengkapi perlengkapan anti huru-hara berpatroli di Alun-Alun Tahrir, salah satu lokasi di mana protes berlangsung pada Jumat (20/9) malam, dan juga merupakan pusat dari demonstrasi di masa lalu yang mengakibatkan jatuhnya mantan presiden Hosni Mobarak dan presiden Mohammad Morsi.

Aktivis menyambut gembira demonstrasi ini yang dianggap sebagai terobosan setelah bertahun-tahun takut dengan ancaman pembalasan polisi, serta menyerukan agar protes menentang pemerintahan Presiden Abdel-Fattah el-Sissi dilanjutkan.

Rakyat turun ke jalan pada Jumat malam di paling sedikit tiga kota, sambil membawa poster bertuliskan “Pergi Sissi!” dan “Rakyat menuntut kejatuhan rezim!”

Di Kairo, tembakan terdengar dan gas air mata ditembakkan. Pada Sabtu (21/9) malam, sebanyak 166 keluarga memberi tahu para aktivis HAM bahwa anggota keluarga mereka ada yang ditangkap, demikian menurut Pusat Mesir untuk Hak-Hak Ekonomi dan Sosial.

Kantor berita pro-pemerintah menuduh “teroris” sebagai pemicu demonstras, katanya mereka merupakan bagian dari persekongkolan untuk menggulingkan pemerintah.

Demonstrasi ini dimulai stelah Mohammad Ali, seorang bekas kontraktor dan aktor yang kini tinggal di Spanyol, mulai mem-posting video-video yang menuduh el-Sissi dan militer melakukan pemborosan dana miliaran pound Mesir untuk transaksi bisnis korup dan pembangunan istana-istana mewah.

Enam puluh persen warga Mesir “miskin atau rentan,” demikian menurut statistik Bank Dunia, dan kesenjangan antara golongan kaya dan miskin semakin besar. [jm/pp]