Atalla Fayoumi berjalan terpincang-pincang dibantu oleh tongkat penyangga, di dataran yang terbakar matahari di dekat pagar perbatasan Israel dengan Jalur Gaza, menatap gumpalan asap di kejauhan yang mulai naik dari ban-ban yang dibakar.
Kaki kanan laki-laki Palestina berusia 18 tahun itu harus diamputasi setelah terkena tembakan tentara Israel pada bulan April lalu, dalam salah satu demonstrasi massa yang dilakukan setiap minggu memprotes blokade panjang Israel terhadap Gaza. Namun, dia terus mengikuti protes seperti ribuan orang lainnya yang putus asa, menganggur dan merasa sudah tidak ada harapan.
BACA JUGA: Turki Serukan Israel agar "Segera Hentikan" Serangan atas GazaDelapan bulan setelah demonstrasi dimulai, tampaknya tidak ada penyelesaian dari apa yang telah menjadi rutinitas yang dapat diprediksi menyebabkan lusinan korban baru setiap minggunya.
Dalam beberapa jam berikutnya, Fayoumi tahu kerumuman orang itu akan membengkak menjadi ribuan. Mereka akan membakar begitu banyak ban, langit akan menjadi hitam. Mereka akan menyerbu pagar dengan batu-batu dan bom-bom api, tembakan Israel akan terdengar, dan sirene ambulans Palestina akan meraung tanpa henti.
Ketika aksi berakhir, setidaknya 80 orang Palestina terluka dan tiga tewas. (ps/al)