Lebih dari satu juta dokter dan perawat Filipina mengatakan negara itu kalah melawan Covid-19. Mereka mendesak Presiden Rodrigo Duterte, Sabtu (1/8), untuk memberlakukan kembali karantina wilayah (lockdown) di dan sekitar Manila.
Sekitar 80 kelompok yang mewakili 80 ribu dokter dan satu juta perawat, memperingatkan runtuhnya sistem kesehatan. Hal tersebut sebagai imbas dari melonjaknya infeksi virus corona akibat tanpa adanya kontrol yang lebih ketat di ibu kota dan provinsi terdekat.
Filipina pada hari Jumat (31/7) mencatat lompatan harian terbesar dalam kasus baru dalam hari kedua berturut-turut sebesar 4.063 infeksi.
"Petugas kesehatan kami kelelahan dengan jumlah pasien yang tampaknya tak berujung, berbondong-bondong ke rumah sakit untuk perawatan darurat," kata kelompok yang dipimpin oleh Fakultas Kedokteran Filipina dalam sebuah surat kepada presiden.
"Kami melakukan pertarungan yang kalah melawan Covid-19," tambahnya.
"Istana memahami tindakan keseimbangan antara kesehatan masyarakat dan kesehatan ekonomi negara," kata juru bicara Duterte Harry Roque dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA: Polisi Filipina Gerebek Klinik Ilegal Tangani Pasien CoronaPada pertengahan Maret, Duterte memberlakukan salah satu lockdown terpanjang dan ketat di ibu kota dan provinsi lain untuk memerangi virus corona.
Dalam upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi, lockdown dilonggarkan pada bulan Juni sehingga masyarakat bisa lebih bebas dan beberapa bisnis dibuka kembali. Namun akibatnya, infeksi melonjak lima kali lipat menjadi 93.354, dengan kematian lebih dari dua kali lipat menjadi 2.023.
Petugas kesehatan, termasuk ahli mikrobiologi, penyakit menular dan pakar kesehatan masyarakat, dokter anak dan perawat, menyerukan adanya pemberlakukan kembali karantina wilayah selama dua minggu di ibu kota dan provinsi di selatan hingga pertengahan Agustus.
Wilayah ibu kota dan provinsi-provinsi di sekitarnya merupakan kontributor bagi dua pertiga ekonomi Filipina. Kota-kota tersebut tumbuh paling cepat di Asia sebelum pandemi. [ah]