Sudah sekitar satu pekan terakhir, kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan diselimuti asap akibat kebakaran lahan. Hari Minggu kemarin, pesawat Lion Air yang terbang dari Surabaya gagal mendarat di Bandara Syamsudin Noor karena jarak pandang terbatas. Angin membawa asap tebal kebakaran lahan itu ke sekitar bandara, meski upaya pemadaman terus dilakukan.
"Pagi ini asap tebal terlihat. Padahal kantor kami hanya lima kilometer dari bandara," kata Kisworo Dwi Cahyono, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Selatan kepada VOA, Senin pagi (17/9).
Rosida Aryanti dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarbaru ketika dihubungi mengaku setiap hari mereka menerima laporan kebakaran lahan dari warga. Senin pagi, laporan bahkan sudah masuk sejak pukul 07.00 pagi dari Kelurahan Landasan Ulin Selatan. Kelurahan ini berlokasi tidak jauh dari bandara.
"Tahun lalu, biasanya kita membuka posko dari Oktober sampai November. Ternyata tahun ini malah maju, dari September ini kebakaran lahan sudah mulai," ujar Rosida.
Meski menjadi masalah rutin, BPBD Kota Banjarbaru sampai saat ini masih mengalami kekurangan, baik peralatan maupun staf. Rosida mengatakan, bantuan BPBD provinsi terus diterima, tetapi khusus peralatan, mereka harus memiliki sendiri di tahun mendatang.
“Sekarang BPBD Banjarbaru tidak punya unit tangki untuk pemadam. Kita tidak bisa menjangkau banyak lokasi karena personel pemadamankita kurang, dalam satu hauioitu ada di beberapa titik kadang kebakarannya. Sekarang yang sering terjadi ada di daerah bandara,” imbuhnya.
Dari Kalimantan Tengah dilaporkan kebakaran hutan dan lahan saat ini cukup terkendali. Meski datang dan pergi, titik api dapat dimonitor dengan baik melalui satelit dan keberadaan helikopter pemadam. Irvan Army, Dansubsatgas Udara BPBD Kalimantan Tengah kepada VOA mengatakan, ada enam helikopter yang bersiaga sepanjang waktu.
Your browser doesn’t support HTML5
"Ada bantuan dari BNPB, di Kalimantan Tengah ini ada empat heli water bombingdi Palangkaraya dan dua ada di Pangkalan Bun. Saya tim udara, bantuan pemadaman lewat udara. Pertama info dari BNPB, yang kedua info dari tim darat. Apabila tim darat kewalahan, ataupun tidak bisa mengatasi titik api, mereka minta bantuan dan akan saya kirim helikopter water bombing," kata Irvan Army.
Titik api di Kalimantan Tengah menyebar, dari kawasan lahan kosong hingga wilayah dekat pemukiman. Irvan Army mengatakan,Senin ini, ada titik api di Kota Palangkaraya dan Kapuas. Beberapa hari sebelumnya, titik api tercatat turun jumlahnya. Namun tiba-tiba bisa muncul cukup banyak hari ini. Karena itulah, seluruh petugas bersiaga penuh mengantisipasi munculnya titik api.
Ririn Istiyanti, warga Singkawang, Kalimantan Barat bercerita, asap memang datang dan pergi. Seingatnya, sekitar satu bulan yang lalu sekolah sampai diliburkan selama 3 hari karena asap cukup tebal. Dalam beberapa hari terakhir, asap muncul namun sudah tidak begitu mereka pedulikan. "Lama-lama jadi biasa juga. Ini asap sedang muncul lagi, padahal beberapa hari lalu pergi, meskipun memang tidak begitu parah," kata Ririn.
Kisworo Dwi Cahyono, Direktur Walhi Kalimantan Selatan mengatakan, pemerintah harus menerapkan strategi berbeda dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Pada kawasan luas yang dikuasai perusahaan perkebunan, misalnya, tanggung jawab harus diberikan kepada korporasi.
“Teknik pembuatan bendungan kanal, dimana air di kawasan gambut disalurkan melalui kanal dan disimpan dalam bendungan kecil bisa diterapkan. Prinsip ini membuat kawasan gambut terus basah sehingga tidak mudah terbakar ketika musim kemarau,” ujar Kisworo.
Namun, tambahnya, strategi berbeda harus diterapkan di kawasan dekat pemukiman seperti di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pertama yang harus dilakukan pemerintah kata Kisworo adalah inventarisasi kawasan. Siapakah sebenarnya pemilik sebuah lahan tertentu, sehingga ketika terbakar tanggung jawabnya jelas.
Strategi kedua, kata Kisworo adalah mengubah pendekatan dari pembangunan pompa kecil di banyak lokasi menjadi pembangunan pompa besar di kawasan dekat pemukiman. Walhi Kalsel mencatat, banyak pompa rusak justru karena tidak digunakan selama berbulan-bulan ketika kebakaran tidak terjadi. Sementara pompa di dekat kawasan pemukiman, yang tetap digunakan masyarakat, lebih terjaga.
“Pompa besar ini dibangun di kawasan-kawasan yang teridentifikasi rawan, sering terjadi kebakaran. Dari pada membangun banyak sumur bor kecil di lokasi jauh, dan kemudian tidak ada yang menggunakan. Masalahnya, ketika lama tidak digunakan, pompa itu menjadi buntu, dan pada saat terjadi kebakaran justru tidak berfungsi. Ini kan membuang-buang dana anggaran. Karena itu lebih baik dibangun beberapa saja yang besar, kemudian dana yang ada dipakai untuk membeli selang atau pipa portable, sehingga ketika terjadi kebakaran tinggal dipasang,” jelas Kisworo.
Secara khusus, Kisworo juga meminta pemerintah memberi pelatihan kepada masyarakat dalam pembukaan lahan. Undang-undang memperbolehkan pembakaran lahan dalam aturan tertentu yang ketat, misalnya karena alasan adat. Sementara selama ini, pemerintah sepenuhnya melarang. Jika memang melarang, lanjut Kisworo, pemerintah harus memperkenalkan cara baru yang lebih ramah lingkungan. Jika tidak, masyarakat tetap akan melakukan hal yang sama pada tahun-tahun mendatang. [ns/ab]