Kalkun ternyata ditemukan di Meksiko oleh orang Eropa, yang dibawa pulang ke negara-negara mereka, sebelum diperkenalkan di Amerika Serikat.
Thanksgiving yang dirayakan pada Kamis (22/11) merupakan hari libur penting di Amerika dan kalkun panggang menjadi hidangan yang selalu disajikan. Namun ternyata kalkun yang diternakkan bukanlah penemuan Amerika melainkan dari Meksiko.
Hidangan kalkun sudah menjadi semacam tradisi Amerika lama sebelum peziarah Inggris berlabuh di Plymouth Rock, kata Julie Long seorang peneliti kalkun di Departemen Pertanian Amerika.
“Mesoamerika yang kini menjadi Meksiko adalah tempat di mana kalkun pertama kali dipelihara sekitar 800 tahun sebelum Masehi. Sewaktu penjelajah Spanyol tiba pada tahun 1500-an, mereka menemukan kalkun jinak ini, yang lebih enak rasanya ketimbang unggas yang mereka makan di Eropa,” ujar Long.
Ia mengatakan orang Spanyol terbiasa makan unggas seperti merak yang indah dipandang tapi tidak banyak dagingnya.
“Burung itu semacam unggas kecil yang kurus, seperti ayam. Tapi dibandingkan dengan daging kalkun yang lezat, merak dan ayam bukan bandingannya. Jadi mereka membawa kalkun bersama jagung, cabai dan tomat ke Eropa. Dan selama 100 tahun berikutnya kalkun menyebar ke Spanyol sampai Inggris,” ujar Long.
Di Inggris, angsa menjadi hidangan Natal tradisional sebelum kalkun dikenal di sana.
Orang Inggris pada waktu itu menganggap kalkun rasanya lebih lezat dari angsa. Jadi pada hari raya Natal akan sangat baik jika menghidangkan kalkun ketimbang angsa, kata Long.
Dari abad ke 17 di Inggris, kalkun berhasil kembali ke Amerika. Pemukim Inggris membawa unggas ini dan hewan peliharaan lainnya bersama mereka ke koloni Teluk Massachusetts pada 1630-an.
Sekitar satu dekade sebelumnya, ketika para peziarah tiba dekat Plymouth mereka menemukan hutan penuh dengan kalkun liar, keluarga unggas yang dijinakkan di Mesoamerika. Dan mereka menyebut kalkun enak karena “gemuk dan manis.”
Kathleen Wall, pakar makanan kolonial di Museum Perkebunan Plymouth, mengatakan kalkun juga gampang diburu.
“Orang bisa keluar pada sore hari dan kalkun bertengger di pohon dan bisa ditembak. Mereka tetap bertengger sewaktu orang hendak menembaknya,” ujar Wall.
Gemuk, manis dan gampang ditembak, kata Wall tidak perlu waktu lama bagi para koloni seperti Gubernur William Bradford untuk mulai menulis mengenai penurunan jumlah kalkun.
“Salah satu yang disinggung Gubernur Bradford pada 1640-an adalah bagaimana unggas yang berlimpah pada 1620-an tiba-tiba musnah pada 1630-an,” ujar Wall.
Kalkun liar termasuk diantaranya. Wall mengatakan sampai akhir 1640-an orang menganggap memelihara kalkun jinak sebagai ide yang baik karena unggas liar itu makin sulit dijumpai.
Populasinya terus menurun sewaktu orang Amerika pindah ke barat, dan mencapai titik terendah pada 1930an. Upaya-upaya pelestarian pada akhir abad ke-20 mulai mengembalikan kalkun liar. Wall mengatakan jumlahnya cukup banyak sehingga terkadang menjadi masalah.
“Ada seekor kalkun di pinggiran Boston yang menyerang pengantar pos, dan unggas itu harus dipindahkan secara paksa,” ujarnya.
Sedangkan untuk kalkun liar asli Meksiko, nenek moyang kalkun Thanksgiving yang sekarang, Julie Long dari Departemen Pertanian Amerika mengatakan kemungkinan sudah punah.
Ada beberapa kalkun disana yang bertahan di cagar alam, tapi tidak seorangpun tahun pasti apakah itu kalkun liar yang asli. Tapi keturunannya tetap ada di tengah-tengah perayaan Thanksgiving orang Amerika.
Hidangan kalkun sudah menjadi semacam tradisi Amerika lama sebelum peziarah Inggris berlabuh di Plymouth Rock, kata Julie Long seorang peneliti kalkun di Departemen Pertanian Amerika.
“Mesoamerika yang kini menjadi Meksiko adalah tempat di mana kalkun pertama kali dipelihara sekitar 800 tahun sebelum Masehi. Sewaktu penjelajah Spanyol tiba pada tahun 1500-an, mereka menemukan kalkun jinak ini, yang lebih enak rasanya ketimbang unggas yang mereka makan di Eropa,” ujar Long.
Ia mengatakan orang Spanyol terbiasa makan unggas seperti merak yang indah dipandang tapi tidak banyak dagingnya.
“Burung itu semacam unggas kecil yang kurus, seperti ayam. Tapi dibandingkan dengan daging kalkun yang lezat, merak dan ayam bukan bandingannya. Jadi mereka membawa kalkun bersama jagung, cabai dan tomat ke Eropa. Dan selama 100 tahun berikutnya kalkun menyebar ke Spanyol sampai Inggris,” ujar Long.
Di Inggris, angsa menjadi hidangan Natal tradisional sebelum kalkun dikenal di sana.
Orang Inggris pada waktu itu menganggap kalkun rasanya lebih lezat dari angsa. Jadi pada hari raya Natal akan sangat baik jika menghidangkan kalkun ketimbang angsa, kata Long.
Dari abad ke 17 di Inggris, kalkun berhasil kembali ke Amerika. Pemukim Inggris membawa unggas ini dan hewan peliharaan lainnya bersama mereka ke koloni Teluk Massachusetts pada 1630-an.
Sekitar satu dekade sebelumnya, ketika para peziarah tiba dekat Plymouth mereka menemukan hutan penuh dengan kalkun liar, keluarga unggas yang dijinakkan di Mesoamerika. Dan mereka menyebut kalkun enak karena “gemuk dan manis.”
Kathleen Wall, pakar makanan kolonial di Museum Perkebunan Plymouth, mengatakan kalkun juga gampang diburu.
“Orang bisa keluar pada sore hari dan kalkun bertengger di pohon dan bisa ditembak. Mereka tetap bertengger sewaktu orang hendak menembaknya,” ujar Wall.
Gemuk, manis dan gampang ditembak, kata Wall tidak perlu waktu lama bagi para koloni seperti Gubernur William Bradford untuk mulai menulis mengenai penurunan jumlah kalkun.
“Salah satu yang disinggung Gubernur Bradford pada 1640-an adalah bagaimana unggas yang berlimpah pada 1620-an tiba-tiba musnah pada 1630-an,” ujar Wall.
Kalkun liar termasuk diantaranya. Wall mengatakan sampai akhir 1640-an orang menganggap memelihara kalkun jinak sebagai ide yang baik karena unggas liar itu makin sulit dijumpai.
Populasinya terus menurun sewaktu orang Amerika pindah ke barat, dan mencapai titik terendah pada 1930an. Upaya-upaya pelestarian pada akhir abad ke-20 mulai mengembalikan kalkun liar. Wall mengatakan jumlahnya cukup banyak sehingga terkadang menjadi masalah.
“Ada seekor kalkun di pinggiran Boston yang menyerang pengantar pos, dan unggas itu harus dipindahkan secara paksa,” ujarnya.
Sedangkan untuk kalkun liar asli Meksiko, nenek moyang kalkun Thanksgiving yang sekarang, Julie Long dari Departemen Pertanian Amerika mengatakan kemungkinan sudah punah.
Ada beberapa kalkun disana yang bertahan di cagar alam, tapi tidak seorangpun tahun pasti apakah itu kalkun liar yang asli. Tapi keturunannya tetap ada di tengah-tengah perayaan Thanksgiving orang Amerika.