Pemimpin Kamboja Hun Sen, Jumat (17/3), memamerkan koleksi perhiasan mahkota Angkor yang baru-baru ini dikembalikan ke kerajaan setelah berpuluh-puluh tahun dicuri dan diketahui berada di Inggris. Ia memohon agar harta karun lain yang telah lama hilang dikembalikan.
Mahkota emas, kalung, dan jimat termasuk di antara harta karun Angkor tersebut. Angkor adalah ibu kota kerajaan Khmer sendiri berkuasa dari abad kesembilan hingga abad ke-14 Masehi. Kerajaan Khmer sendiri saat itu mendominasi sebagian besar Asia Tenggara.
Kementerian Kebudayaan Kamboja menyebut benda-benda bersejarah itu sebagai "warisan budaya yang tak ternilai.” Perhiasan tersebut diharapkan akan dipajang di museum nasional.
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen (kiri) melihat perhiasan Angkor yang dicuri yang saat ini sedang dipamerkan di Phnom Penh. (Foto: via AFP)
"Saya mengimbau museum, lembaga, dan kolektor artefak Khmer untuk terus mengembalikan barang-barang itu secara sukarela ke Kamboja," kata Hun Sen dalam upacara tersebut.
"Barang-barang warisan harus dikembalikan ke negara asalnya," ujarnya.
Kementerian Kebudayaan bulan lalu secara diam-diam menerima 77 karya seni dari keluarga mendiang pedagang seni Inggris, Douglas Latchford.
Perhiasan dari periode Angkor yang dicuri yang sedang dipamerkan di Peace Palace di Phnom Penh. (Foto: via AFP)
Dua patung abad ke-10 yang baru-baru ini dikembalikan oleh Amerika Serikat (AS) juga dipamerkan pada Jumat (17/3).
Ribuan barang antik dan artefak dicuri dari Kamboja selama konflik dan genosida rezim Khmer Merah pada 1970-an.
Tahun lalu, AS mengembalikan 30 barang rampasan, termasuk patung perunggu dan batu dewa Buddha dan Hindu yang diukir lebih dari 1.000 tahun lalu.
Pemerintah Kamboja telah bernegosiasi dengan negara lain, termasuk AS, dan kolektor pribadi untuk mengembalikan lebih banyak artefak Khmer. [ah/ft]