Kampanye Pemilu Filipina Dimulai di Tengah Kekerasan, Kekhawatiran akan Virus

Relawan dari pengawas pemilu Filipina untuk meminta bantuan selama penghitungan suara tidak resmi pada pemilihan paruh waktu Senin. (Foto: AP)

Kampanye pemilihan anggota Kongres dan kepala daerah dimulai pada Jumat (25/3) di Filipina. Polisi mengawasi secara saksama untuk mencegah kemungkinan terjadinya kekerasan seperti pada masa lalu, dan memastikan pembatasan-pembatasan terkait penanggulangan pandemi COVID-19 ditegakkan. Kampanye tersebut menyusul kampanye kepresidenan dan sejumlah jabatan penting lainnya yang dimulai bulan lalu.

Hampir 66 juta orang Filipina di dalam negeri dan lebih dari 1,6 juta di luar negeri telah mendaftar untuk memberikan suara dalam pemilihan 9 Mei mendatang. Suara mereka akan menentukan 18.000 jabatan di tingkat pemerintahan daerah dan Kongres.

Media sosial telah menjadi medan pertempuran utama untuk mendapatkan suara setelah dua tahun negara itu memberlakukan sejumlah lockdown dan berbagai pembatasan lainnya. Banyak pihak khawatir disinformasi pemilu bisa memburuk di negara itu, yang penduduknya dianggap sangat intensif memanfaatkan internet.

BACA JUGA: Partai Duterte Dukung Ferdinand Marcos Jr Sebagai Penggantinya

Beberapa kandidat secara terbuka mengabaikan peraturan pemilu terkait virus corona. Mereka berkampanye di depan umum tanpa mengenakan masker. Mereka berjabat tangan, dan berkumpul dengan para pendukung untuk berswafoto.

Komisioner Pemilu George Garcia memperingatkan para kandidat untuk tidak melanggar pembatasan virus corona. “Meskipun kami telah melonggarkan pembatasan, itu tidak berarti kami membolehkan adanya acara yang bisa menjadi super spreader,’’ katanya dalam konferensi pers, Kamis.

Kekhawatiran yang lebih serius adalah kekerasan terkait pemilu. Pemilihan kepala daerah di masa lalu telah dirusak oleh perseteruan berdarah dan tuduhan kecurangan, terutama di daerah-daerah pedesaan yang penegakan hukumnya lemah. Apalagi, di beberapa kawasan, kepemilikan senjata api tanpa izin dan pelibatan tentara bayaran merupakan fenomena umum.

BACA JUGA: Aktivis Filipina Siap Hadapi Perjuangan Panjang Cegah Marcos dari Kekuasaan

Presiden Rodrigo Duterte yang akan segera mengakhiri masa jabatannya telah berulang kali memperingatkan, ia akan mengerahkan militer jika kandidat menggunakan kekerasan dan melakukan penipuan.

“Tidak ada yang menginginkan masalah, tidak ada yang ingin kecurangan,’’ katanya dalam pidato pada bulan September di wilayah Mindanao selatan, di mana banyak kawasan rawan keamanan pemilu diidentifikasi oleh polisi. [ab/uh]