Badan pengawas perusahaan Kanada pada hari Kamis (24/8) meluncurkan penyelidikan terhadap Walmart, Hugo Boss, dan Diesel atas tuduhan mereka memetik keuntungan dari praktik kerja paksa yang dijalankan pemerintah China terhadap kelompok minoritas Uighur.
Pengumuman ini muncul menyusul penyelidikan serupa yang dilakukan CORE (Canadian Ombudsman for Responsible Enterprise) pada bulan lalu terhadap Ralph Lauren, Nike dan perusahaan pertambangan Kanada Dynasty Gold.
Sebuah koalisi yang terdiri dari 28 organisasi masyarakat sipil tahun lalu mengajukan pengaduan kepada CORE yang isinya menuduh Walmart, Hugo Boss, dan Diesel mendapat pasokan dari perusahaan-perusahaan China yang pabrik-pabriknya memanfaatkan program kerja paksa Uighur.
BACA JUGA: AS Perluas Daftar Hitam Perusahaan yang Ditengarai Lakukan Kerja Paksa Terhadap Warga UyghurKetiga perusahaan itu telah membantah tuduhan tersebut dan menolak berpartisipasi dalam evaluasi awal CORE atas klaim tersebut.
Oleh karena itu, Sheri Meyerhoffer, seorang pejabat CORE, mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Kami akan meluncurkan penyelidikan atas tuduhan tersebut."
Kelompok-kelompok HAM mengatakan lebih dari satu juta warga Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp indoktrinasi di wilayah Xinjiang, China Barat. Hak-hak mereka dilanggar, termasuk diperintahkan menjalani kerja paksa.
Parlemen negara-negara Barat, termasuk Kanada, menyebut tindakan keras di Xinjiang sebagai genosida, dan Komisaris Tinggi Hak Asasi
Manusia PBB menyebut perlakuan terhadap warga Uighur sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Beijing membantah tuduhan tersebut dan menggambarkan fasilitas tersebut sebagai pusat pelatihan yang dirancang untuk mengekang ekstremisme. [ab/uh]