Interpol harus memiliki kepala baru dari sebuah negara berkembang untuk mendiversifikasi organisasi itu dan meningkatkan kredibilitasnya sementara kejahatan semakin mengglobal, kata Valdecy Urquiza, kandidat Brazil untuk memimpin badan kepolisian internasional itu, kepada Reuters.
Ini akan membantu Interpol memperkuat kerja sama global untuk memerangi kejahatan transnasional, kata Urquiza yang sekarang ini menjabat sebagai Direktur Polisi Federal Brazil untuk Kerja Sama Internasional.
Dalam usianya yang ke-100, Interpol telah dipimpin oleh orang-orang dari negara-negara Barat yang maju, hanya dari lima negara, yaitu Amerika dan empat negara di Eropa.
“Organisasi ini berisiko kehilangan kredibilitas dan kehilangan legitimasi jika mengucilkan diri. Yang kita perlukan agar Interpol berhasil adalah pluralitas,” kata Urquiza kepada Reuters dalam wawancara hari Jumat.
“Kita perlu membuat semua negara merasa diikutsertakan, agar semua wilayah dapat dilayani.”
Komite eksekutif Interpol akan memilih sekretaris jenderal baru pada 13 Februari untuk masa jabatan lima tahun yang akan menggantikan pemimpinnya yang sekarang, Juergen Stock dari Jerman.
Tiga kandidat lainnya yang diajukan adalah Stephen Kavanagh dari Inggris yang sekarang menjabat Direktur Pelayanan Kepolisian Interpol, Mubita Nawa dari Zambia dan Faisal Shahkar dari Pakistan.
Berkantor pusat di Lyon, Prancis, Interpol adalah badan koordinasi kepolisian terbesar di dunia dengan 196 negara anggota, jaringan dengan polisi dari seluruh dunia.
Rusia lolos dari langkah untuk menskorsnya setelah menginvasi Ukraina pada tahun 2022. Para kritikus menuduh Moskow menyalahgunakan perangkat Interpol, seperti sistemnya yang disebut red notice, untuk menangkap lawan-lawan politik di luar negeri.
Urquiza (42), sekarang ini adalah satu dari tiga wakil presiden Interpol. Ia mengatakan sikap netral Brazil dalam berbagai urusan global merupakan suatu keuntungan.
“Interpol tidak dapat digunakan untuk tujuan geopolitik, jadi penting sekali sekretaris jenderalnya berasal dari negara yang netral, dan Brazil memiliki itu. Brazil adalah mitra yang dapat diandalkan,” lanjutnya. [uh/ns]