Sebuah kapal yang membawa ribuan ternak dan terkatung-katung di laut akhirnya berlabuh di Australia, di mana kekhawatiran mengenai kesejahteraan menyebabkan beberapa hewan itu diperkirakan akan diturunkan.
Sekitar 16.500 ekor domba dan sapi telah berada di kapal MV Bahijah sejak tanggal 5 Januari, ketika kapal tersebut berlayar ke Timur Tengah dari pelabuhan Fremantle di Australia barat sebelum diperintahkan oleh pemerintah, dua minggu setelah pelayarannya, untuk berbalik arah karena serangan pemberontak Houthi Yaman yang sedang berlangsung di Laut Merah.
Sejak Senin, kapal tersebut terkatung-katung di lepas pantai barat Australia sementara kekhawatiran akan kesejahteraan hewan di dalamnya semakin meningkat. Kapal tersebut akhirnya berlabuh di Fremantle, Kamis (1/2), 25 hari setelah berangkat dari pelabuhan yang sama.
Pihak berwenang kini bergegas menyusun rencana darurat mengenai cara menangani muatan dengan aman dan mengarantina setidaknya beberapa ternak dengan kondisi gelombang panas di wilayah tersebut yang menambah tantangan.
Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia, Adam Fennessy, mengatakan kepada wartawan di Canberra bahwa departemennya berupaya mencapai resolusi secepat mungkin.
“Saya menyadari besarnya keprihatinan masyarakat terhadap masalah MV Bahijah ini, dan saya ingin meyakinkan semua orang bahwa kami berupaya mencapai penyelesaian secepat mungkin. Tidak ada keraguan bahwa biosekuriti Australia, serta kesehatan dan kesejahteraan ternak di kapal adalah prioritas utama kami,” ujarnya.
Pada hari Rabu, pihak berwenang mengirim dua dokter hewan ke kapal untuk melakukan pemeriksaan, namun mereka tidak menemukan masalah kesehatan atau kesejahteraan yang signifikan pada hewan ternak tersebut.
Hewan-hewan tersebut mungkin akhirnya berumur pendek karena pihak berwenang saat ini sedang mempertimbangkan permohonan untuk mengekspornya kembali.
Kemungkinan besar sapi dan domba dalam kapal itu akan berada di laut selama satu bulan lagi karena MV Bahijah akan menghindari Laut Merah dengan berlayar mengelilingi Afrika untuk sampai di pelabuhan terusan Suez, sehingga menambah jarak ribuan mil dan lebih dari seminggu perjalanan.
MV Bahijah berlayar di bawah bendera Kepulauan Marshall dan membawa ternak untuk perusahaan ekspor Bassem Dabbah yang berbasis di Israel, menurut lembaga penyiaran Australia, Australian Broadcasting Corporation. [lt/uh]