Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan liburan panjang selalu menjadi penyebab melonjaknya kasus harian positif Covid-19 di tanah air. Hal ini dibuktikan dengan penambahan kasus corona pada 7 Januari yang kembali menorehkan rekor baru, yakni 9.321 kasus.
“Bahkan angka ini meningkat hampir 500 hanya dalam waktu satu hari ini. Ini adalah imbas dari libur panjang. Ternyata pada pembelajaran yang keempat kalinya, kita masih belum berhasil juga memperbaiki dan mengambil pelajaran dari tiga libur panjang sebelumnya yang telah kami sampaikan berulang-ulang. ini adalah kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan perlu untuk segera kita hentikan,” ungkap Wiku dalam telekonferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (7/1).
Menurutnya, sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia pada Maret 2020, sampai saat ini, tren perkembangan kasus positif tidak pernah turun. Peningkatan jumlah kasus tertinggi terjadi pada periode Agustus-September 2020, yakni sebesar 45.895.
Selain itu, Pulau Jawa dan Bali selalu menjadi kontributor terbesar peningkatan kasus Covid-19 di tingkat nasional, yakni di atas 50 persen.
“Jika dilihat dari total kumulatif kasus positif per tanggal 3 Januari 2021, ternyata Jawa dan Bali berkontribusi sebesar 65 persen atau 496.674 kasus, dari total kasus positif Covid-19 di tingkat nasional. Sedangkan jika dilihat dari kasus aktif per tanggal yang sama bahkan Jawa dan Bali berkontribusi lebih besar lagi, yaitu 67 persen atau 74.450 kasus aktif dari total kasus aktif yang ada di tingkat nasional,” jelas Wiku.
Kedua provinsi tersebut, jelas Wiku, juga menjadi penyumbang terbanyak angka kematian akibat Covid-19. Jika dilihat dari angka kumulatif kasus meninggal per 3 Januari 2021, Jawa dan Bali berkontribusi sebesar 66,7 persen atau 15.165 dari total kumulatif kasus meninggal di tingkat nasional.
BACA JUGA: Pemerintah Akan Kembali Berlakukan PSBB Ketat di Jawa dan Bali“Situasi ini merupakan situasi yang tidak dapat ditoleransi lagi dan tidak bisa dibiarkan. Hal ini menandakan peningkatan kasus positif yang diiringi dengan peningkatan kematian di kota-kota besar terutama di kedua pulau ini harus segera dikendalikan melalui kebijakan yang terukur dan tepat sasaran khususnya terkait dengan kegiatan masyarakat,” tuturnya.
Kasus Covid-19 Naik di Setiap Tingkatan Anak Usia Sekolah
Dalam kesempatan ini, Wiku juga memaparkan bahwa anak usia sekolah menyumbang kasus positif sebesar 8,87 persen dari total kasus Covid-19 secara nasional.
Ia menjelaskan, anak-anak tingkat SD, usia 7-12 tahun, menyumbang terbanyak kasus positif corona yakni 17 persen, diikuti anak tingkat SMA (16-18 tahun), anak tingkat SMP (13-15) tahun, anak tingkat TK 3-6 tahun, dan anak tingkat PAUD (pendidikan anak usia dini, yakni 0-6 tahun).
BACA JUGA: Lawan Hoaks Vaksin COVID-19, Pakar Kesehatan: Masyarakat "Enggak Usah Takut"“Jika menelaah dari trennya, kita bisa melihat terjadinya peningkatan kasus konfirmasi pada setiap penggolongan umur. Bahkan pada tiga golongan umur yaitu setara TK, Paud, dan SD kenaikannya di atas 50 persen hanya dalam kurun waktu satu bulan,” paparnya.
Wiku menjelaskan, ada sembilan provinsi yang menempati peringkat sepuluh besar dengan konfirmasi kasus positif Corona tertinggi pada rentang usia sekolah, yakni Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dan Banten.
Satgas juga mencatat daerah-daerah yang menjadi kontributor kematian tertinggi pada rentang usia sekolah yakni Sulawesi Utara 6,78 persen; NTB 4,72 persen; dan NTT 4,35 persen pada rentang usia 0-2 tahun.
Jawa Timur 4,6 persen; Riau 0,73 persen; dan Kepulauan Riau 0,72 persen pada rentang usia 3-6 tahun. Selanjutnya, kasus kematian pada rentang usia 7-12 tahun ada di Jawa Timur 4,6 persen; Gorontalo 1,49 persen; dan Sulawesi Tengah 1,47 persen.
Kemudian pada rentang usia 13-15 tahun, terdapat di Jawa Timur 4,96 persen; Gorontalo 2,08 persen; dan NTB sebesar 0,85 persen. Dan pada rentang 16-18 tahun tercatat di Jawa Timur 4,62 persen; Gorontalo 1,6 persen; Aceh 1,53 persen.
“Data ini disampaikan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai bentuk transparansi Satgas kepada pemerintah daerah maupun masyarakat,” ujar Wiku.
Dengan adanya data-data tersebut, Wiku menghimbau kepada daerah yang ingin menyelenggarakan pembelajaran tatap muka untuk terlebih dahulu mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menerapkan protokol kesehatan
“Dibutuhkan peninjauan mendalam, tidak hanya terkait kesiapan dan kesepakatan pihak daerah, sekolah, dan orang tua, namun juga harus serta merta memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi Covid-19 terkini. Jangan sampai ada kecerobohan yang menimbulkan naiknya angka kasus di masa kedaruratan kesehatan,” tuturnya.
Vaksinasi Massal Covid-19 Perdana
Program vaksinasi massal Covid-19 rencananya akan diselenggarakan pada pekan depan. Presiden Joko Widodo merupakan orang pertama di Indonesia yang akan disuntik vaksin buatan Sinovac dari China.
BACA JUGA: Jokowi akan Disuntik Vaksin Sinovac 13 JanuariMenurut Wiku ada tiga kelompok besar yang akan menerima vaksinasi Covid-19 tahap perdana ini. Pertama, pejabat publik pusat dan daerah, kedua pengurus asosiasi profesi, tenaga kesehatan dan pimpinan kunci dari institusi kesehatan di daerah,dan ketiga tokoh agama di daerah.
“Hal ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk sediakan vaksin yang aman dan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sekaligus momen untuk mengajak masyarakat untuk tidak ragu divaksinasi yang selanjutnya akan diteruskan pelaksanaannya secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat secara bertahap,” jelasnya. [gi/ab]