Kawasan yang paling parah terimbas AIDS, wilayah sub-Sahara Afrika, mengalami kemajuan luar biasa dalam pemberantasan penyakit itu.
Sementara negara-negara memperingati Hari AIDS Dunia pada 1 Desember lalu, pemimpin sebuah kelompok yang menyediakan dana dan memberi dukungan bagi organisasi-organisasi kemasyarakatan di Afrika menyatakan ada kemajuan luar biasa dalam pemberantasan AIDS di kawasan sub-Sahara Afrika yang paling parah terimbas AIDS. Namun demikian, tantangan yang dihadapi masih sangat besar.
Ilana Landsberg-Lewis, Direktur Eksekutif Yayasan Stephen Lewis, mengatakan, organisasi-organisasi akar rumput di sub-Sahara Afrika semakin canggih dalam memikirkan cara-cara membantu mereka yang terimbas AIDS.
“Organisasi-organisasi berbasis komunitas luar biasa efektif, baik dalam bekerjasama dengan perempuan-perempuan yang - tentu saja - paling banyak tertular dan terimbas dampaknya maupun yang menjadi jantungnya tanggapan terhadap AIDS di komunitas, atau dengan para nenek yang menjaga cucu mereka yang kehilangan orang tua, atau bekerjasama dengan anak-anak yang menjadi yatim piatu maupun organisasi-organisasi bagi orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS,” paparnya.
Dalam wawancara dengan VOA, Lewis mengatakan, berbagai masalah yang dihadapi di antaranya stigma yang masih terus ada mengenai AIDS di kawasan serta tidak mencukupinya dana bagi pengobatan.
“Di banyak komunitas yang tidak memiliki akses ke obat-obatan, atau nutrisi yang memadai, atau dukungan, spiral kematian terus berlanjut. Sudahlah jelas bahwa apa yang dilakukan seseorang maupun dunia terkait 14 juta anak-anak yang menjadi yatim piatu karena AIDS adalah tantangan yang sangat besar dan ini terus menjadi masalah,” ujarnya.
Dalam laporan menyambut Hari AIDS Dunia, program bersama PBB mengenai HIV/AIDS (UNAIDS) menyatakan ada pengurangan 50 persen dalam laju penularan baru HIV di 25 negara berpendapatan rendah dan menengah, lebih dari separuhnya di Afrika.
UNAIDS menyatakan, dari 34 juta orang di seluruh dunia yang mengidap HIV pada tahun 2011, sub-Sahara Afrika menjadi kawasan yang paling parah terimbas, di mana hampir satu dari setiap 20 orang dewasa hidup dengan virus penyebab AIDS tersebut.
Namun, UNAIDS menyatakan bahwa jumlah kematian terkait AIDS di kawasan itu telah berkurang sepertiganya dalam kurun enam tahun belakangan dan jumlah orang yang menerima pengobatan antiretroviral semakin banyak.
UNAIDS menyatakan beberapa negara yang memiliki angka prevalensi HIV tertinggi di dunia secara dramatis telah mampu menurunkan laju infeksi baru HIV sejak tahun 2001.
Badan dunia tersebut menyatakan laju tersebut turun 73 persen di Malawi, 71 persen di Botswana dan 68 persen di Namibia. Dalam laporan tahun 2012, UNAIDS juga melaporkan penurunan signifikan di Zambia, Zimbabwe, Afrika Selatan dan Swaziland.
Ilana Landsberg-Lewis, Direktur Eksekutif Yayasan Stephen Lewis, mengatakan, organisasi-organisasi akar rumput di sub-Sahara Afrika semakin canggih dalam memikirkan cara-cara membantu mereka yang terimbas AIDS.
“Organisasi-organisasi berbasis komunitas luar biasa efektif, baik dalam bekerjasama dengan perempuan-perempuan yang - tentu saja - paling banyak tertular dan terimbas dampaknya maupun yang menjadi jantungnya tanggapan terhadap AIDS di komunitas, atau dengan para nenek yang menjaga cucu mereka yang kehilangan orang tua, atau bekerjasama dengan anak-anak yang menjadi yatim piatu maupun organisasi-organisasi bagi orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS,” paparnya.
Dalam wawancara dengan VOA, Lewis mengatakan, berbagai masalah yang dihadapi di antaranya stigma yang masih terus ada mengenai AIDS di kawasan serta tidak mencukupinya dana bagi pengobatan.
“Di banyak komunitas yang tidak memiliki akses ke obat-obatan, atau nutrisi yang memadai, atau dukungan, spiral kematian terus berlanjut. Sudahlah jelas bahwa apa yang dilakukan seseorang maupun dunia terkait 14 juta anak-anak yang menjadi yatim piatu karena AIDS adalah tantangan yang sangat besar dan ini terus menjadi masalah,” ujarnya.
Dalam laporan menyambut Hari AIDS Dunia, program bersama PBB mengenai HIV/AIDS (UNAIDS) menyatakan ada pengurangan 50 persen dalam laju penularan baru HIV di 25 negara berpendapatan rendah dan menengah, lebih dari separuhnya di Afrika.
UNAIDS menyatakan, dari 34 juta orang di seluruh dunia yang mengidap HIV pada tahun 2011, sub-Sahara Afrika menjadi kawasan yang paling parah terimbas, di mana hampir satu dari setiap 20 orang dewasa hidup dengan virus penyebab AIDS tersebut.
Namun, UNAIDS menyatakan bahwa jumlah kematian terkait AIDS di kawasan itu telah berkurang sepertiganya dalam kurun enam tahun belakangan dan jumlah orang yang menerima pengobatan antiretroviral semakin banyak.
UNAIDS menyatakan beberapa negara yang memiliki angka prevalensi HIV tertinggi di dunia secara dramatis telah mampu menurunkan laju infeksi baru HIV sejak tahun 2001.
Badan dunia tersebut menyatakan laju tersebut turun 73 persen di Malawi, 71 persen di Botswana dan 68 persen di Namibia. Dalam laporan tahun 2012, UNAIDS juga melaporkan penurunan signifikan di Zambia, Zimbabwe, Afrika Selatan dan Swaziland.