Keadaan Darurat Terkait Virus Corona Dapat Sambutan Beragam di Jepang

Dua perempuan berjalan di tengah keadaan darurat akibat wabah Covid-19 di Kyoto, Jepang 13 Januari 2021. (Foto: Kyodo via REUTERS)

Sehari setelah keadaan darurat diperpanjang ke tujuh prefektur lagi di Jepang, penduduk setempat, Kamis (14/1), mengungkapkan perasaan mereka yang campur aduk mengenai kebijakan baru itu. Beberapa bahkan mempertanyakan seberapa efektif tindakan itu.

"Saya pikir jumlah orang yang lalu lalang belum berubah drastis hingga hari ini," kata seorang komuter di sebuah stasiun di Fukuoka, Kamis (14/1).

Seorang warga lain mengatakan, "Keadaan darurat ini sebetulnya sudah lama berlangsung, jadi gaya hidup saya tidak banyak berubah."

"Pekerjaan saya adalah sesuatu yang tidak bisa saya lakukan di rumah, jadi saya harus pergi ke kantor seperti biasa," kata seorang warga Osaka yang mengatakan bahwa anjuran bekerja dari rumah tidak berlaku baginya.

Keadaan darurat yang diperpanjang sekarang ini berdampak pada setengah populasi Jepang karena wabah virus corona menyebar ke berbagai penjuru negara itu.

Pemberlakuan keadaan darurat tidak disertai penjatuhan sanksi atau hukuman berat bagi para pelanggarnya. Tindakan tersebut lebih diartikan sebagai peringatan resmi pemerintah agar perusahaan-perusahaan menganjurkan para pegawainya bekerja dari rumah; bar dan restoran tutup pada pukul 8 malam; dan orang-orang menghindari acara-acara yang tidak penting.

Keadaan darurat di Jepang berlaku hingga 7 Februari, namun ada kemungkinan diperpanjang bila situasi terkait wabah virus corona memburuk. [ab/uh]