Kecerdasan Buatan Deteksi Kanker Kulit Lebih Baik daripada Dokter

Seorang dokter sedang memeriksa pasien untuk mendeteksi kanker kulit, di Sydney, 7 Mei 2002. (foto:dok)

Komputer bisa mendeteksi kanker kulit lebih baik dari dokter spesialis kulit, menurut para peneliti, Selasa (29/5), seperti dikutip oleh kantor berita AFP.

Sebuah tim dari Jerman, Amerika Serikat dan Perancis mengajarkan sebuah sistem kecerdasan buatan untuk membedakan lesi kulit yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya dengan menunjukkan lebih dari 100 ribu gambar.

Mesin tersebut, yang disebut dengan jaringan syaraf konvolusional atau CNN, kemudian diuji melawan 58 dokter spesialis kulit dari 17 negara. Cara pengujiannya, yaitu dengan menunjukkan berbagai gambar melanoma yang ganas dan tahi lalat yang jinak.

Lebih dari setengah dokter spesialis yang mengikuti tes dikategorikan sebagai "pakar" dengan pengalaman lebih dari lima tahun, 19 persen memiliki pengalaman antara dua dan lima lima tahun, sedangkan 29 persen adalah pemula dengan mengantongi jam praktek kurang dari dua tahun.

"Sebagian besar dokter spesialis tidak bisa mengungguli CNN," kata tim peneliti dalam tulisan yang diterbitkan di jurnal Annals of Oncology.

Dokter spesialis rata-rata mendeteksi secara akurat 86.6 persen kanker kulit dari gambar, dibandingkan dengan 95 persen oleh CNN.

"CNN hanya terlewat mendeteksi beberapa melanoma. Artinya, CNN punya sensivitas lebih tinggi daripada dokter kulit," kata penulis studi tersebut, Holger Haenssle dari Universitas Heidelberg dalam pernyataannya.

CNN juga "lebih sedikit melakukan kesalahan mendiagnosa tahi lalat jinak sebagai melanoma ganas…hasilnya, pembedahan yang tidak diperlukan juga lebih sedikit."

Kinerja para dokter kulit membaik ketika mereka diberi informasi mengenai para pasien dan lesi kulit yang mereka derita.

Tim peneliti mengatakan Kecerdasan Buatan atau AI bisa menjadi alat yang berguna untuk mendeteksi kanker kulit dengan cepat dan mudah, hingga bisa mempercepat tindakan pembedahan sebelum kanker menyebar.

Ada sekitar 232 ribu kasus baru melanoma dan 55.500 kematian akibat kanker kulit setiap tahunnya, kata mereka.

Namun mesin tidak akan sepenuhnya menggantikan para dokter manusia. Alat ini lebih berperan sebagai alat bantu.

Melanoma yang muncul di beberapa bagian kulit seperti jari-jari, jari-jari kaki dan kulit kepala, sangat sulit untuk diambil gambar. Kecerdasan buatan mungkin akan kesulitan mengenali lesi ‘atipikal’ atau jenis-jenis yang para pasien sendiri belum tahu. [ft/dw]