Kegiatan Industri Tanah Air Mulai Terganggu Kondisi di Jepang

  • Iris Gera

Kebanyakan pabrik, terutama pabrik otomotif, yang berhubungan dengan Indonesia berada di kota Sendai ini, salah satu daerah dengan kerusakan terparah akibat gempa dan tsunami.

Dampak dari kondisi di Jepang akibat gempa dan tsunami, sudah mulai terasa di Indonesia dengan terganggunya kegiatan industri.

Bambang Sujagad di Jakarta, Kamis, menegaskan mulai berpengaruhnya kondisi di Jepang terhadap industri di Indonesia. Menurut Bambang, ini karena lokasi terburuk gempa dan tsunami di Jepang berada di kawasan industri yang selama ini berhubungan aktif dengan Indonesia. Ia menjelaskan industri yang sangat diandalkan kedua negara, di antaranya industri otomotif.

"Ini akan berdampak besar karena pabrik-pabrik di Sendai adalah yang banyak yang mengirim suku cadangnya ke Asia, terutama ke Batam,” ujar Bambang.

Bahkan menurut Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, wajar jika pemerintah dan pengusaha merasa prihatin sekaligus khawatir dengan kondisi di Jepang. Selama ini, menurutnya, Jepang adalah negara paling dekat dengan Indonesia dalam berbagai hal.

“Jepang adalah kreditor terbesar untuk Indonesia. Jepang juga adalah mitra dagang yang cukup signifikan dengan Indonesia. Juga, sebagai investor yang besar untuk penanaman modal langsung dan pariwisata di Indonesia,” kata Suryo.

Namun menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, pemerintah belum merasakan dampak buruk yang terjadi pada perekonomian Indonesia akibat kondisi di Jepang.

“Gempa dengan skala seperti itu dan volume perdagangan kita yang sebesar itu, tentu ada (pengaruhnya), tapi belum menunjukkan sesuatu yang signifikan. Saya melihat ketika rekonstruksi dan rehabilitasi dilakukan, justru permintaannya akan deras,” ujar Menteri Hatta.

Selain ekspor Indonesia ke Jepang serta investasi dan pariwisata, utang luar negeri Indonesia juga cukup besar berasal dari Jepang. Posisi utang Indonesia saat ini sekitar 1.600 triliun rupiah, terbesar berasal dari Amerika Serikat dan disusul dari Jepang. Ini mencakup baik utang yang ditandatangani secara bilateral maupun melalui lembaga multilateral yaitu Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB).