Kejahatan Terhadap Muslim Meningkat di AS

Warga Muslim di Baltimore, Maryland, menunggu kedatangan Presiden AS Barack Obama di Islamic Society of Baltimore (3/2). (AP/Pablo Martinez Monsivais)

Aksi kekerasan anti-Muslim didorong oleh kombinasi persepsi yang keliru, aksi-aksi teroris dan pidato-pidato politik yang menghasut.

Sebuah studi baru menunjukkan kejahatan anti-Muslim di Amerika tahun lalu mencapai tingkat tertinggi sejak peristiwa 11 September, dan Muslim dianggap sebagai kelompok agama minoritas yang paling tidak disukai.

Laporan-laporan resmi polisi dari 20 negara bagian yang dikumpulkan oleh Universitas California di San Bernardino menunjukkan ada 196 kejahatan anti-Muslim tahun 2015, naik dari 110 insiden pada tahun sebelumnya, atau kenaikan 78 persen.

Kejahatan berdasarkan kebencian yang ditujukan pada orang-orang keturunan Arab bahkan melonjak, yaitu 219 persen.

Secara keseluruhan kejahatan berdasarkan kebencian di Amerika hanya naik 5 persen, dari 4.139 tahun 2014 menjadi 4.347 tahun lalu. Walaupun kejahatan berdasarkan kebencian yang ditujukan pada kelompok Yahudi dan LGBT lebih tinggi, kenaikan dalam kedua kategori penduduk itu jauh lebih kecil, kata studi tadi.

Kata Brian Levin, direktur Pusat Studi tentang Kebencian dan Ekstremisme, kenaikan dalam aksi kekerasan anti-Muslim didorong oleh kombinasi persepsi yang keliru, aksi-aksi teroris dan pidato-pidato politik yang menghasut.

“Kita tidak hanya melihat persepsi anti-Muslim yang keliru, tapi kini orang-orang Islam dianggap kelompok yang paling tidak disukai di Amerika. Bahkan kini ada gerakan sosio-politik yang memperkuat persepsi dan membesar-besarkan perbedaan itu," kata Levin dalam sebuah wawancara.

Ia mengacu pada retorika anti-Muslim yang diucapkan oleh calon Presiden partai Republik Donald Trump dan tokoh-tokoh politik Amerika lainnya.

Jumlah orang Islam di Amerika kira-kira 3,3 juta, atau 1 persen dari seluruh penduduk Amerika, tapi serangan-serangan terhadap orang Islam merupakan 4, 5 persen dari semua kejahatan berdasarkan kebencian pada tahun 2015, tambah Levin.

Di antara ke-20 negara bagian tadi, beberapa negara bagian yang punya kelompok Muslim besar menghadapi kenaikan kekerasan anti-Muslim. New Jersey mencatat kenaikan 250 persen, Texas 129 persen, California 122 persen dan Tennessee 67 persen.

Data-data sementara yang dihimpun kepolisian menunjukkan kenaikan kejahatan anti-muslim berdasarkan kebencian terus naik tahun ini.

Tim penyelidik pimpinan Levin mempelajari dua pernyataan politik besar dalam 15 tahun terakhir. Seruan Presiden George Bush tidak lama setelah serangan 11 September bahwa “Islam adalah agama perdamaian” telah mendorong turunnya serangan terhadap warga Muslim. Tapi setelah Trump berpidato tanggal 7 Desember tahun lalu, dimana ia mengatakan akan melarang orang Muslim masuk ke Amerika, terjadi kenaikan kejahatan anti-Muslim sebanyak 87 persen, kata Levin. [isa/sp]