PBB memperingatkan hari Senin (8/2), kenaikan tajam dalam kerawanan pangan di Sudan Selatan dapat meningkatkan bencana kelaparan bagi puluhan ribu warga sipil.
Peringatan ini menyusul dikeluarkannya laporan Tahap Klasifikasi Keamanan Pangan Terintegrasi (IPC) yang memperkirakan setidaknya 2,8 juta orang, atau 23 persen dari penduduk akan menghadapi kekurangan pangan dan gizi antara Januari sampai Maret 2016 .
Mayoritas orang yang menghadapi kerawanan pangan akut terletak di negara bagian Unity, Jonglei dan Upper Nile dan mencapai 57 persen dari mereka yang membutuhkan.
PBB mengatakan situasinya mungkin akan memburuk antara April sampai Juli, ketika persediaan makanan tradisional ada pada titik terendah. Dan proyek-proyek IPC pada awal musim menurun dan periode kelaparan lebih panjang lagi.
Kepala Penasehat Teknis FAO untuk ketahanan pangan, Erminio Sacco mengatakan, musim kemarau yang akan datang akan membuat keadaan semakin buruk.
Situasi ini sangat serius karena kita sekarang pada awal musim kemarau panjang dan di sebagian besar wilayah, orang memerlukan bantuan untuk membeli komoditas pangan bulan-bulan mendatang," katanya .
"Dan karena krisis ekonomi, harga meroket, sehingga orang akan membayar dengan harga tinggi untuk mengamankan pangan untuk keluarga mereka sendiri, " kata Sacco .
Bank Sudan Selatan mendevaluasi mata uangnya 84 persen pada Desember, ketika menyingkirkan nilai tukar tetapnya, dalam sebuah langkah yang dirancang untuk mengurangi kerugian yang dipicu oleh turunnya harga minyak mentah dunia. [ps/jm]