Pemerintah optimis investasi akan terus tumbuh karena perekonomian yang kuat dan meningkatnya jumlah kelas menengah yang menarik investor.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Chatib Basri, mengatakan bahwa minat para investor lokal maupun asing untuk menanamkan modal di Indonesia membuat pemerintah optimis realisasi investasi hingga akhir tahun akan mampu melebihi target.
Kepada pers di Jakarta, Kamis (23/8), Chatib mengatakan bahwa realisasi investasi untuk periode Januari 2012 sampai Juni 2012 mencapai Rp 148,1 triliun, atau 52 persen dari target untuk 2012 yaitu Rp 283 triliun.
“Kalau kita lihat dari tren ini, mungkin sampai dengan akhir tahun pertumbuhannya itu diatas 100 persen dari target, mungkin 104-105 persen, sehingga di akhir 2012 realisasi investasi kita bisa mendekati sekitar Rp 300 triliun. Saya cukup optimis,” ujarnya.
Chatib mengatakan berbagai faktor mempengaruhi peningkatan investasi di Indonesia, antara lain perekonomian yang kuat dan bertambahnya jumlah masyarakat kelas menengah.
Jumlah orang yang menghabiskan $4 per hari per kapita naik dari 5 persen pada 2003 menjadi 18 persen pada 2010, tutur Chatib. Ia menambahkan bahwa diproyeksikan ada 110 juta orang Indonesia yang membelanjakan $10 per hari 10 tahun dari sekarang.
“Ini yang kemudian membuat investor yang punya pandangan sekitar 10 sampai 15 tahun ke depan mulai melakukan investasinya sekarang,” ujarnya.
Selain itu, di antara negara-negara Asia yang tumbuh sekarang, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi kedua tertinggi dengan 6,4 persen. Tiongkok tumbuh sekitar 7,5 persen sementara India sudah di bawah sekitar 5,5 persen.
“Indonesia tetap bisa tumbuh 6,4, sebetulnya ada perubahan dari lokasi basis produksi. Kalau ini yang terjadi target investasi kita masih bisa kejar,” tambah Chatib.
Untuk meningkatkan investasi, pemerintah sedang melakukan berbagai program pembangunan infrastruktur. Selain percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 Mega Watt tahap satu dan dua, juga ada percepatan pembangunan sarana transportasi baik darat, udara dan laut serta penyediaan air minum. Tahun ini pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 168,6 triliun untuk infrastruktur dan akan naik menjadi Rp 193,8 triliun pada anggaran negara 2013.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Adi Putra Tahir, mengatakan bahwa bukan hanya kebijakan pemerintah dalam bentuk program infrastruktur yang mampu menarik investasi, namun persoalan bunga pinjaman perbankan juga sangat berpengaruh. Bunga pinjaman di Indonesia menurutnya masih tinggi dibanding negara-negara lain.
Beberapa negara berkembang, menurutnya, menerapkan bunga pinjaman sekitar 5 persen, sementara di Indonesia berada di kisaran 15 persen. Jika bunga pinjaman perbankan diturunkan, ia optimis realisasi investasi akan lebih tinggi dibanding saat ini karena Indonesia sudah memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
“Bunga untuk bank komersial juga bisa diturunkan karena itu salah satu permintaan kita untuk bisa seimbang antara kita dengan negara-negara yang dimana mereka bunganya rendah, di Thailand, di Tiongkok, rasanya terlalu tinggi untuk bisa bersaing dengan negara lain,” ujarnya.
Kepada pers di Jakarta, Kamis (23/8), Chatib mengatakan bahwa realisasi investasi untuk periode Januari 2012 sampai Juni 2012 mencapai Rp 148,1 triliun, atau 52 persen dari target untuk 2012 yaitu Rp 283 triliun.
“Kalau kita lihat dari tren ini, mungkin sampai dengan akhir tahun pertumbuhannya itu diatas 100 persen dari target, mungkin 104-105 persen, sehingga di akhir 2012 realisasi investasi kita bisa mendekati sekitar Rp 300 triliun. Saya cukup optimis,” ujarnya.
Chatib mengatakan berbagai faktor mempengaruhi peningkatan investasi di Indonesia, antara lain perekonomian yang kuat dan bertambahnya jumlah masyarakat kelas menengah.
Jumlah orang yang menghabiskan $4 per hari per kapita naik dari 5 persen pada 2003 menjadi 18 persen pada 2010, tutur Chatib. Ia menambahkan bahwa diproyeksikan ada 110 juta orang Indonesia yang membelanjakan $10 per hari 10 tahun dari sekarang.
“Ini yang kemudian membuat investor yang punya pandangan sekitar 10 sampai 15 tahun ke depan mulai melakukan investasinya sekarang,” ujarnya.
Selain itu, di antara negara-negara Asia yang tumbuh sekarang, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi kedua tertinggi dengan 6,4 persen. Tiongkok tumbuh sekitar 7,5 persen sementara India sudah di bawah sekitar 5,5 persen.
“Indonesia tetap bisa tumbuh 6,4, sebetulnya ada perubahan dari lokasi basis produksi. Kalau ini yang terjadi target investasi kita masih bisa kejar,” tambah Chatib.
Untuk meningkatkan investasi, pemerintah sedang melakukan berbagai program pembangunan infrastruktur. Selain percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 Mega Watt tahap satu dan dua, juga ada percepatan pembangunan sarana transportasi baik darat, udara dan laut serta penyediaan air minum. Tahun ini pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 168,6 triliun untuk infrastruktur dan akan naik menjadi Rp 193,8 triliun pada anggaran negara 2013.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Adi Putra Tahir, mengatakan bahwa bukan hanya kebijakan pemerintah dalam bentuk program infrastruktur yang mampu menarik investasi, namun persoalan bunga pinjaman perbankan juga sangat berpengaruh. Bunga pinjaman di Indonesia menurutnya masih tinggi dibanding negara-negara lain.
Beberapa negara berkembang, menurutnya, menerapkan bunga pinjaman sekitar 5 persen, sementara di Indonesia berada di kisaran 15 persen. Jika bunga pinjaman perbankan diturunkan, ia optimis realisasi investasi akan lebih tinggi dibanding saat ini karena Indonesia sudah memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
“Bunga untuk bank komersial juga bisa diturunkan karena itu salah satu permintaan kita untuk bisa seimbang antara kita dengan negara-negara yang dimana mereka bunganya rendah, di Thailand, di Tiongkok, rasanya terlalu tinggi untuk bisa bersaing dengan negara lain,” ujarnya.