Pejuang etnis minoritas Myanmar, Rabu (10/7), mengatakan bahwa mereka telah merebut kota di jalur utama perdagangan ke China setelah berhari-hari bentrok dengan pasukan junta.
Kota Naungcho “sepenuhnya milik kami,” kata Jenderal Tar Bhone Kyaw dari Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA) kepada kantor berita AFP.
Sebelumnya pada hari itu, sumber militer mengatakan kepada AFP bahwa pejuang etnis minoritas menguasai “sebagian besar” Naungcho.
Negara bagian Shan di Myanmar utara telah dilanda bentrokan sejak akhir bulan lalu ketika aliansi kelompok etnis bersenjata kembali melancarkan serangan di jalan utama yang membentang dari kota Mandalay ke provinsi Yunnan di China.
Jalan lain dari kota itu mengarah ke Taunggyi, ibu kota negara bagian Shan.
AFP tidak dapat menghubungi juru bicara junta untuk komentar.
Daerah perbatasan Myanmar dihuni berbagai kelompok etnis bersenjata yang berjuang melawan militer sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948. Mereka menuntut otonomi dan kendali atas sumber daya yang menguntungkan. [ka/ab]
YANGON, MYANMAR —