Kelompok Oposisi Bersenjata Sudan Selatan Umumkan Pengganti Wapres

Wapres Sudan Selatan Riek Machar (kiri) dan Presiden Salva Kiir di Juba (foto: dok). Riek Machar melarikan diri karena khawatir akan keselamatannya.

Wapres Riek Machar melarikan diri dari ibukota Juba sewaktu pertempuran memuncak dan mengatakan tidak akan kembali hingga pasukan bisa menjamin keselamatannya.

Faksi senior dalam kelompok bersenjata Sudan Selatan telah mengganti pemimpin mereka, Wakil Presiden Riek Machar, yang awal bulan ini bersembunyi karena takut dibunuh oleh para pendukung pesaingnya sejak lama, Presiden Salva Kiir.

Dorongan untuk mengganti Machar mengemuka hari Sabtu (23/7), setelah ia gagal mematuhi ultimatum yang diberikan 48 jam sebelumnya oleh Presiden Kiir untuk kembali ke ibukota Juba.

Kiir mendesak kembalinya Machar, yang dalam kata-katanya “perlu melanjutkan membangun dan mempromosikan perdamaian” pasca pertempuran awal bulan ini antara kelompok setia pada Kiir dan pasukan yang mendukung Machar. Pertempuran di Juba pada 8-11 Juli antara milisi yang bersaing itu menewaskan sedikitnya 300 orang dan melukai ratusan lainnya.

Sejak saat itu Machar tidak pernah lagi tampak di depan publik. Ia melarikan diri dari ibukota Juba sewaktu pertempuran memuncak dan kediamannya diserang, dan ketika itu mengatakan tidak akan kembali hingga pasukan bisa menjamin keselamatannya.

Seorang juru bicara pemberontak hari Sabtu mengatakan pejuang-pejuang senior telah mengalihkan kesetiaan mereka pada pejabat pemerintah lainnya – yaitu Menteri Pertambangan Taban Deng Gai. Ia mengatakan Den akan bertindak sebagai wakil presiden pertama hingga kembalinya Machar.

Kiir yang berasal dari etnis Dinka dan Machar dari kesukuan Nuer terlibat perselisihan tahun 2013 – hampir dua tahun setelah Sudan Selatan meraih kemerdekaan – ketika Kiir memecat Machar setelah menudingnya berkonspirasi melawannya.

Perang saudara selama dua tahun yang menewaskan lebih dari 10 ribu orang dan memaksa lebih dari dua juta orang mengungsi, membuat negara termuda di benua Afrika itu guncang.

Perjanjian damai tahun 2015 mengakhiri perang saudara tersebut dan perjanjian lain April lalu mendorong pembentukan pemerintah persatuan transisi dan dikembalikannya posisi Machar sebagai wakil presiden.

Namun demikian Kiir dan Machar masih belum bisa menyatukan pasukan mereka. [em]