Kematian Akibat Corona di AS Diperkirakan Melonjak Beberapa Pekan Lagi

Pasien virus corona dibawa ke rumah sakit di Brooklyn, New York, 31 Maret 2020.

AS harus bersiap-siap mengalami 100 ribu hingga 240 ribu kematian akibat virus corona selama dua bulan mendatang bahkan jika warga Amerika terus menjaga jarak mereka satu sama lain.

Jumlah kematian mencapai puncaknya dalam dua atau tiga pekan mendatang, sebut satgas virus corona Gedung Putih.

“Negara kita sedang berada di tengah-tengah cobaan nasional besar yang belum pernah kita hadapi sebelumnya,” kata Presiden AS Donald Trump, sementara Gedung Putih pada hari Selasa (31/3) secara resmi menetapkan perpanjangan panduan social distancing yang didasarkan pada model-model statistik selama 30 hari. “Ini akan menjadi salah satu dari dua atau tiga pekan terberat yang kita hadapi di negara ini,” kata Trump.

Dua dokter yang berdiri di podium bersama Presiden dan Wakil Presiden Mike Pence lebih banyak memberi pernyataan pahit kepada masyarakat Amerika.

“Ini adalah angka yang perlu kita antisipasi, tetapi kita tidak perlu menerimanya sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan,” kata Dr. Anthony Fauci, direktur Insititut Nasional Penyakit Menular dan Alergi, mengenai prediksi 100 ribu lebih kematian.

BACA JUGA: Trump: Bersiaplah untuk Hadapi Hari-Hari Sulit Virus Corona 


“Tidak ada obat ajaib,” kata Dr. Deborah Birx, imunolog yang menjadi koordinator tanggapan di satgas virus corona Gedung Putih. “Tidak ada vaksin atau terapi ajaib,” hanya perilaku yang dapat mengubah arah pandemi virus ini, lanjutnya.

Lebih dari 187 ribu orang di AS telah didiagnosis terjangkit virus corona. Total kematian akibat penyakit itu telah melampaui 3.800 orang, sekitar seperempatnya terjadi di Kota New York. Angka total itu melampaui angka yang dilaporkan di China dan melampaui jumlah korban jiwa pada awalnya dalam serangan teroris di AS pada 11 September 2001.

Kasus pertama COVID-19 di AS dilaporkan di negara bagian Washington pada 29 Februari.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan puncak perjuangan negaranya melawan penyakit ini masih tujuh hingga 21 hari lagi. Dalam pengarahan hariannya kepada media, yang ditayangkan langsung, sebagian besar oleh tiga stasiun TV kabel utama Amerika, Cuomo terus menyatakan perasaan frustrasinya dalam upaya mengamankan pasokan penting bagi unit-unit perawatan intensif di rumah sakit. Ia menyatakan New York telah memesan 17 ribu ventilator dari China yang harganya 25 ribu dolar per buah.

Cuomo mengatkaan pemerintah federal dan negara bagian semuanya bersaing untuk mengamankan alat bantu pernafasan itu. “Ini seperti di eBay dengan 50 negara bagian mengajukan penawaran untuk sebuah ventilator,” kata Cuomo. “Inilah yang benar-benar kami lakukan.”

Membuat negara-negara bagian bersaing mendapatkan pasokan yang sangat dibutuhkan itu “tidak masuk akal,” lanjut Cuomo.

Sekitar 10 ribu ventilator dalam persediaan pemerintah federal perlu tetap dipertahankan untuk menghadapi perkiraan lonjakan kasus di berbagai wilayah Amerika, kata Trump.

Ketua Asosiasi Gubernur Nasional, Larry Hogan dari Maryland, mengatakan kepada CNN hari Selasa bahwa para sejawatnya mendorong pemeirntah federal untuk mengkoordinasikan pembelian barang-barang yang langka untuk fasilitas medis itu agar mereka tidak saling bersaing.

Beberapa jam kemudian, Wali Kota New York, Bill de Blasio mengatakan ia memerlukan jawaban sekarang juga mengenai permintaan staf bantuan medis yang telah ia ajukan kepada Gedung Putih, termasuk 1.000 juru rawat, 300 terapis pernafasan dan 150 dokter. [uh/ab]