Kematian CEO Fiat Chrysler Picu Sorotan pada Kesehatan CEO

CEO Fiat Chrysler Sergio Marchionne menghadiri pertemuan di acara pameran otomotif internasional Amerika Utara di Detroit, 9 Januari 2017.

Pendiri dan sekaligus CEO Fiat Chrysler Sergio Machionne adalah seorang “workaholic” yang dikenal sering tidur di pesawat jet perusahaan itu, sementara membuat keputusan-keputusan yang bernas. Terlepas dari profilnya yang sangat terbuka, ia merahasiakan satu informasi penting dari dewan perusahaannya bahwa selama lebih dari satu tahun ini ia sebenarnya sakit keras.

Setelah kematiannya secara mendadak minggu lalu dalam usia 66 tahun, berita bahwa Marchionne telah merahasiakan penyakitnya dari perusahaan itu dan teman-teman dekatnya telah menghidupkan kembali perdebatan tentang apa informasi yang seharusnya disampaikan para eksekutif perusahaan di posisi puncak tentang kehidupan pribadi mereka, kepada perusahaan, karyawan dan pemegang saham.

Sebagian pakar tahu bahwa para CEO memiliki hak atas privasi mereka, terutama soal kesehatan. Tetapi menceritakan hal ini secara terbuka juga akan membantu mematahkan hal yang boleh atau tidak boleh disampaikan oleh para CEO kepada eksekutif lain dan karyawan mereka. Para pengambil keputusan ini juga perlu memperhitungkan peran mereka sebagai pejabat perusahaan ketika mempertimbangkan informasi pribadi apa yang akan diungkapkan kepada dewan perusahaan, dan kemudian para karyawan dan komunitas investasi.

“Saya kira ini hal klasik. Ketika Anda menjadi seorang senior, menderita sakit, ada stigma atas hal itu,” ujar Cary Cooper, pakar kesehatan dan psikologi organisasi di Manchester Business School di Inggris. “Dalam kasus ini ia mungkin berpikir mengungkapkan informasi ini akan berdampak buruk pada perusahaan, atau bahwa ia tidak akan diijinkan untuk melanjutkan pekerjaannya.”

Cooper mencatat ketika CEO Llyod’ Bank, Antonio Horta-Osorio, mengungkapkan perjuangannya melawan depresi, hal itu membantu mendorong diskusi tentang kesehatan mental. Pada saat bersamaan banyak pejabat di posisi puncak tidak bersedia menunjukkan batas fisik mereka dan melihat penyakit yang diderita sebagai sekedar hambatan yang harus ditangani.

Kasus Marchionne unik karena ia secara khusus identik dengan pabrik mobil yang dibentuknya dari dua perusahaan yang gagal. Ketika Marchione mempertimbangkan untuk mundur pada musim semi tahun 2019, para analis keuangan menunjukkan keprihatinan tentang apakah penggantinya nanti akan mampu menunjukkan kreativitas dan fleksibilitas seperti Marchionne, terlebih setelah Juni lalu ia menetapkan rencana lima tahun perusahaan itu.

Pakar administrasi bisnis di Georgetown University Jason Schloetzer mengatakan ia tidak percaya bahwa para CEO secara hukum wajib mengungkapkan masalah kesehatan mereka. Namun ia menambahkan bahwa “akan sangat bagus jika ada proses internal, yang tidak saja melibatkan CEO bersangkutan tetapi juga anggota tim operasi, yang menimbulkan rasa nyaman untuk berbagi informasi prihadi yang mungkin beresiko pada kinerja perusahaan.”

Dewan Fiat Chrysler memang bertindak cepat menggantikan Marchionne sebagai CEO pada 21 Juli, setelah diberitahu pihak keluarga bahwa ia tidak bisa bekerja karena komplikasi pasca operasi hari Rabu (18/7). Meskipun rumah sakit di Swiss dimana Marchionne dirawat dan kemudian meninggal mengungkapkan bahwa sebenarnya ia telah menderita penyakit serius selama lebih dari satu tahun.

Fiat Chrsyler bereaksi terhadap pernyataan rumah sakit itu dengan mengatakan perusahaan itu tidak menyadari kondisi kesehatan Marchionne dan hanya diberi tahu tentang operasi itu pada bulan Juni.

Kabar sakit hingga meninggalnya Marchionne membuat saham Fiat Chrysler anjlok hampir 11% di pasar saham Milan, di tengah perdagangan yang bergejolak. Saham Fiat Chrysler juga anjlok 9% di pasar saham New York. [em]