Kenya yang Pertama Dapatkan Kredit Karbon dari Pertanian Berkelanjutan

Seorang petani di tanah pertanian KOndo di Eldoret, 400 kilometer ke arah barat Nairobi, Kenya. (Foto: Dok)

Dana BioKarbon milik Bank Dunia akan membeli beberapa kredit yang dihasilkan oleh proyek Kenya, menanamkan US$600.000 pada 2017
A project bringing together thousands of small farmers in western Kenya has become the first to earn carbon credits using a new sustainable farming accounting system, the World Bank said on Tuesday.

According to the bank - whose BioCarbon Fund is financing the initiative - the Kenya Agricultural Carbon Project issued 24,788 credits under the Verified Carbon Standard last week.

Hal ini merupakan penerbitan pertama di bawah sistem akuntansi karbon baru untuk pertanian karbon rendah yang disetujui pada 2011.

Keberhasilan inisiatif tersebut di Kenya dapat mendongkrak program-program lain di dunia yang ingin mengurangi emisi gas rumah kaca dari pertanian. Pertanian mencakup sekitar 14 persen dari emisi global, menurut Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim.

Gas-gas yang menangkap panas dari pertanian dan ternak mencapai 4,69 miliar ton karbon dioksida pada 2010, yang merupakan data terbaru yang tersedia, menurut Worldwatch Institute, sebuah lembaga kajian lingkungan di Washington, AS. Angka itu 13 persen di atas tingkat pada 1990.

Dana BioKarbon milik Bank Dunia akan membeli beberapa kredit yang dihasilkan oleh proyek Kenya, menanamkan US$600.000 pada 2017. Bank tersebut tidak memberikan rincian mengenai harga per kredit.

Proyek di Kenya ini termasuk berbagai teknik pertanian karbon rendah yang meningkatkan zat-zat organik dalam tanah dan jumlah karbon yang dikurangi, atau disimpan dalam tanah dan keluar di atmosfer.

Sekitar 45.000 hektar tanah pertanian telah tergabung dalam proyek ini sejauh ini, menurut para lembaga yang bekerja sama dengannya.

Lembaga Swadaya Masyarakat Swedia Vi Agroforestry bertanggung jawab atas implementasi program ini, yang juga didukung oleh Badan Pembangunan Perancis dan Yayasan Syngenta untuk Pertanian Berkesinambungan dari Swiss. (Reuters)