Kepala Grup Wagner Kecam Militer Rusia karena Tinggalkan Posisi di Bakhmut

Prajurit Ukraina menaiki sebuah tank di jalan menuju kota garis depan Bakhmut, di tengah serangan Rusia di Ukraina, di wilayah Donetsk, Ukraina Jumat 12 Mei 2023.

Pendiri pasukan paramiliter Rusia "Grup Wagner" hari Jumat (12/5) dengan tajam mengkritik militer Rusia, dengan mengatakan bahwa pasukan Rusia telah meninggalkan sayap di dalam dan sekitar kota timur Bakhmut, yang memungkinkan pasukan Ukraina untuk menguasai semua sisi kota yang disengketakan.

Dalam sebuah video yang dirilis Jumat, pemimpin kelompok tentara bayaran Rusia, Yevgeny Prigozhin mengatakan bahwa "posisi sayap di Kota Bakhmut runtuh, posisi bagian depan juga runtuh" dan bahwa "desersi" daerah itu memungkinkan pasukan Ukraina menguasai jalan Chasov Yar-Bakhmut, sebuah jalur pasokan utama yang telah diblokir pasukan Wagner.

BACA JUGA: Batal Mundur, Kelompok Wagner Rusia Isyaratkan akan Tetap Bertahan di Bakhmut

Prigozhin kembali menuduh kementerian pertahanan menahan amunisi dari kelompok tersebut, klaim yang sebelumnya dibantah oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Dia juga mengejek deskripsi juru bicara Kementerian Pertahanan Igor Konashenkov tentang penarikan pasukan Rusia sebagai "penarikan mundur taktis."

Konashenkov telah memberikan pengarahan Jumat pagi di mana dia menggambarkan pasukan Rusia membuat kemajuan dan memukul mundur pasukan Ukraina, membunuh dan melukai 900 tentara di daerah Donetsk. Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar membantah hal ini pada Jumat (12/5).

Prigozhin mengatakan upaya Kementerian Pertahanan untuk memuluskan atau menutup-nutupi situasi akan menyebabkan tragedi besar bagi Rusia. Dia langsung menghubungi kementerian, mengatakan bahwa “Anda harus segera berhenti berbohong.”

Brigade Ukraina ke-57 menembak sistem Grad di sebuah lokasi di Bakhmut, Ukraina 9 Mei 2023.

Serangan balik dan biji-bijian

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Jumat (12/5), mengatakan bahwa tidak ada berita untuk memulai kembali kesepakatan biji-bijian yang memungkinkan pengiriman komoditas dari pelabuhan Ukraina ke Afrika dan daerah lain yang kekurangan pangan.

Selama pengarahan telepon regulernya dengan wartawan, Peskov mengatakan, pembicaraan di Istanbul yang melibatkan pejabat Turki, Rusia, Ukraina, dan AS berlanjut, dan tidak ada keputusan baru untuk perpanjangan kesepakatan yang akan berakhir Rabu depan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan dalam sebuah wawancara pada Kamis (11/5)dengan penyiar Eropa bahwa Kyiv menunda dimulainya serangan balasan karena kekurangan senjata Barat yang cukup untuk berhasil tanpa menimbulkan terlalu banyak korban.

Zelenskyy mengatakan ada kemungkinan bahwa "kita bisa maju dan sukses," lapor BBC. "Tapi kami akan kehilangan banyak orang. Saya pikir itu tidak bisa diterima," katanya seperti dikutip. "Jadi, kita harus menunggu. Kita masih butuh sedikit waktu lagi.... Dalam hal perlengkapan, belum semuanya datang."

BACA JUGA: Ukraina Klaim Peroleh Kemajuan di Bakhmut

Persiapan Ukraina untuk melakukan serangan balasan mendapat dukungan penting Kamis ketika Inggris mengumumkan akan memasok rudal jelajah jarak jauh ke Kyiv. Ini akan memberi pasukan Ukraina kemampuan untuk menyerang pasukan Rusia sampai jauh di belakang garis depan.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengkonfirmasi kepada anggota parlemen Inggris bahwa Inggris akan menyumbangkan rudal Storm Shadow ke Ukraina.

"Penggunaan Storm Shadow akan memungkinkan Ukraina untuk memukul mundur pasukan Rusia yang berbasis di dalam wilayah kedaulatan Ukraina," katanya tanpa merinci berapa banyak yang dikirim.

Pesawat AU Inggris Tornado GR4 membawa dua rudal jarak jauh "Storm Shadow" di bawah badan pesawat (foto: dok.: Wikipedia).

Rudal Storm Shadow, yang memiliki jangkauan lebih dari 250 kilometer, akan memberi Ukraina kemampuan untuk menyerang jauh di belakang garis depan Rusia – bahkan hingga wilayah Krimea yang diduduki Moskow.

Laporan media Inggris mengatakan bahwa Kyiv telah berjanji, bagaimanapun, untuk tidak menggunakan rudal untuk menyerang di dalam wilayah Rusia.

Kremlin mengancam akan membalas dengan tindakan yang "tepat" sebagai tanggapan atas dukungan rudal Inggris tersebut.

"(Langkah Inggris) itu akan menuntut tanggapan yang tepat dari militer kami, yang pasti akan membuat keputusan yang diperlukan dalam hal ini," kata juru bicara Peskov kepada wartawan. [pp/ft]