Badan-badan intelijen AS pada Senin (11/3) mengatakan bahwa negara itu menghadapi “tatanan dunia yang semakin rapuh,” yang melemah akibat persaingan negara-negara besar, tantangan transnasional dan konflik regional. Hal itu dikemukakan dalam sebuah laporan yang dirilis ketika para pemimpin badan intelijen bersaksi di Kongres AS.
“China yang ambisius namun cemas, Rusia yang konfrontatif, beberapa kekuatan regional, seperti Iran, dan aktor-aktor non-negara yang lebih cakap menantang aturan-aturan lama dalam sistem internasional serta keunggulan AS di dalamnya,” kata lembaga-lembaga tersebut dalam Laporan Ancaman Tahunan 2024 yang mereka susun.
Laporan itu sebagian besarnya berfokus pada ancaman dari China dan Rusia, yang merupakan rival terbesar AS, lebih dari dua tahun setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, serta mencatat sejumlah risiko konflik yang lebih luas akibat kampanye militer Israel melawan Hamas di Gaza sejak serangan 7 Oktober.
Dalam kesaksiannya kepada Komite Intelijen Senat, Direktur Intelijen Nasional Avril Haines mendesak anggota kongres untuk menyetujui lebih banyak bantuan militer bagi Ukraina. “Sulit membayangkan bagaimana Ukraina” dapat mempertahankan wilayah yang telah direbutnya kembali dari Rusia tanpa bantuan lebih lanjut dari Washington, ungkapnya.
BACA JUGA: Hakim Texas Kuatkan Program Biden yang Izinkan 30.000 Migran/Bulan Masuk ke ASDirektur Badan Intelijen Pusat William Burns, seperti Haines, mengatakan bahwa dukungan yang berkelanjutan bagi Ukraina akan mengirimkan isyarat kepada
China dalam konteks wacana agresinya terhadap Taiwan atau di Laut China Selatan.
Haines mencatat kekahwatiran bahwa konflik di Gaza antara Israel dan Hamas dapat menyebarkan ketidakamanan global. “Krisis di Gaza adalah contoh nyata bagaimana pembangunan regional mempunyai potensi implikasi yang lebih luas dan bahkan mendunia,” kata Haines.
Sementara itu, Direktur FBI Christopher Wray mengungkapkan keprihatinannya akan “implikasi terorisme dari potensi penargetan orang-orang yang rentan di perbatasan” di selatan Amerika. Wray juga mengungkapkan adanya peningkatan ancaman pelaku dari dalam negeri yang terinspirasi oleh kelompok teroris dan militan asing sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober. [rd/rs]