Taro Kono, yang saat ini memimpin program vaksinasi Jepang, Jumat (10/9), mengumumkan pencalonannya untuk kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa. Kono sebelumnya pernah menjabat sebagai menteri luar negeri dan menteri pertahanan Jepang.
Sebagai salah satu tokoh politik paling terkenal di negara itu, Kono adalah pesaing utama untuk jabatan yang diperebutkan itu setelah Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan ia tidak akan mencalonkan diri.
Siapa pun yang menang dalam pemilihan ketua LDP pada 29 September akan memimpin partai itu dalam pemilu Oktober atau November mendatang, dan Kono mengatakan ia mencalonkan diri untuk memajukan Jepang. Sudah menjadi pengetahuan umum, ketua LDP dipastikan akan memegang posisi perdana menteri berikutnya.
BACA JUGA: Menteri Taro Kono Mulai Peluncuran Vaksin COVID Jepang"Jepang mungkin tampak diam saat ini, sementara negara lain berusaha aktif untuk maju. Mungkin dulu Jepang berada di posisi teratas, tapi sayangnya sekarang kita mungkin tidak lagi menjadi yang terdepan," kata Kono. "Kita harus mendorong pintu berat di hadapan kita dan membuka jalan kita ke depan."
Kono, yang saat ini menjabat sebagai menteri reformasi pemerintahan, mengatakan ia ingin meningkatkan kecakapan teknologi Jepang melalui jaringan pintar dan 5G, dan mengecam birokrasi pemerintah yang katanya telah memperlambat program vaksinasi. Ia juga mengatakan negara itu perlu melepaskan ketergantungan pada batu bara dan minyak bumi untuk mencapai tujuan netralitas karbon tahun 2050, meningkatkan energi terbarukan dan mempertahankan opsi nuklir jika perlu.
Menteri berusia 58 tahun itu, yang diyakini mendapat dukungan Suga, sejauh ini memiliki dua saingan: mantan menteri luar negeri Fumio Kishida dan anggota LDP perempuan Sanae Takaichi.
BACA JUGA: Jepang Tarik Vaksin Moderna yang TercemarSetelah sebelumnya banyak dipandang sebagai seorang pemberani dan independen, termasuk untuk sikapnya yang antinuklir, Kono baru-baru ini melunakkan retorikanya. Ia adalah politisi berpengalaman yang menjadi menteri luar negeri antara 2017-2019 selama periode memburuknya hubungan dengan Korea Selatan. Ia kemudian memegang posisi menteri pertahanan, yang terkenal memilih untuk membatalkan penyebaran sistem pertahanan rudal yang mahal dan kontroversial.
Kono adalah lulusan Universitas Georgetown di AS. Ia fasih berbahasa Inggris dan pengguna Twitter yang rajin. Secara teratur, ia berinteraksi langsung dengan 2,3 juta pengikut akunnya di Jepang. Tetapi ia juga memiliki reputasi sebagai orang yang kasar, dan telah dikritik karena memblokir orang-orang di Twitter serta dilaporkan kerap merendahkan para birokrat yang dianggap gagal. Ia telah memperjuangkan upaya untuk mendigitalkan Jepang dan mengakhiri penggunaan mesin faks dan stempel tinta dalam birokrasi, sementara penunjukannya untuk mengawasi program vaksinasi Jepang telah menjadikannya salah satu wajah terpenting dalam respons pandemi negara itu. [ab/ka]