Mahkamah Agung India menolak permohonan Novartis, pembuat obat dari Swiss, untuk memperoleh paten baru atas sebuah obat kanker laris, Glivec.
Keputusan Mahkamah Agung India itu bisa membuka pintu untuk produksi obat generik lebih murah bagi kaum miskin di dunia. Dalam putusan penting hari Senin (1/4), Mahkamah Agung India menolak permohonan perlindungan paten atas versi terbaru obat Glivec.
Keputusan itu merupakan preseden yang mencegah perusahaan-perusahaan farmasi internasional memperoleh paten baru di India atas versi yang diubah sedikit dari obat-obat yang telah ada, suatu praktek yang dilarang oleh hukum di India.
Berbagai pembuat obat internasional berusaha mempertahankan paten atas obat-obat laris selama mungkin, untuk mencegah produsen lain meniru dan menjualnya dengan harga jauh lebih murah. Penggunaan Glivec dapat memakan biaya sampai $70.000 per tahun, sementara versi generik obat ini yang dibuat di India berharga hanya sekitar $2.500.
Leena Menghaney, aktivis pembela pasien dari 'Doctors Without Borders', mengatakan putusan itu akan mencegah pengeluaran beberapa paten atas obat yang sama di India. Ia mengatakan hal itu akan membuat obat generik yang lebih murah tersedia bagi masyarakat yang tidak mampu membeli obat versi paten.
Dalam putusannya, Mahkamah Agung memutuskan bahwa Glivec yang disempurnakan tidak memenuhi aspek "kebaruan" yang diwajibkan oleh undang-undang paten India.
Keputusan itu merupakan kemenangan bagi industri obat generik bernilai multi-miliar-dolar di India yang menyediakan obat-obatan murah untuk jutaan orang di seluruh dunia.
Keputusan itu merupakan preseden yang mencegah perusahaan-perusahaan farmasi internasional memperoleh paten baru di India atas versi yang diubah sedikit dari obat-obat yang telah ada, suatu praktek yang dilarang oleh hukum di India.
Berbagai pembuat obat internasional berusaha mempertahankan paten atas obat-obat laris selama mungkin, untuk mencegah produsen lain meniru dan menjualnya dengan harga jauh lebih murah. Penggunaan Glivec dapat memakan biaya sampai $70.000 per tahun, sementara versi generik obat ini yang dibuat di India berharga hanya sekitar $2.500.
Leena Menghaney, aktivis pembela pasien dari 'Doctors Without Borders', mengatakan putusan itu akan mencegah pengeluaran beberapa paten atas obat yang sama di India. Ia mengatakan hal itu akan membuat obat generik yang lebih murah tersedia bagi masyarakat yang tidak mampu membeli obat versi paten.
Dalam putusannya, Mahkamah Agung memutuskan bahwa Glivec yang disempurnakan tidak memenuhi aspek "kebaruan" yang diwajibkan oleh undang-undang paten India.
Keputusan itu merupakan kemenangan bagi industri obat generik bernilai multi-miliar-dolar di India yang menyediakan obat-obatan murah untuk jutaan orang di seluruh dunia.