Keputusan Pengadilan Saudi Terkait Pembunuhan Khashoggi Dikecam

Keputusan pengadilan Arab Saudi terkait pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018, mengundang banyak kecaman. (Foto: ilustrasi).

Keputusan Arab Saudi menghukum mati lima orang dan memenjarakan tiga orang lainnya terkait pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018, mengundang banyak kecaman. Reporter VOA Ardita Dunellari melaporkan, pengadilan terhadap para terdakwa yang dilakukan sepenuhnya secara tertutup, dan pembebasan sejumlah terdakwa lainnya yang berkedudukan tinggi, tidak memuaskan seruan banyak pihak yang menuntut keadilan bagi jurnalis The Washington Post itu.

Wakil jaksa penuntut umum Arab Saudi, Shalaan al-Shalaan, Senin (24/12), mengumumkan berakhirnya pengadilan terhadap 11 tersangka terkait pembunuhan journalis Jamal Khashoggi.

Ia mengatakan, pembunuhan itu tidak direncanakan, dan terjadi secara tiba-tiba.

Pernyataan ini dikeluarkan menyusul sikap Saudi yang selama ini bersikeras menyatakan tidak ada konspirasi dalam pembunuhan jurnalis The Washington Post itu pada Oktober 2018 sewaktu ia mengunjungi konsulat Saudi di Istanbul.

BACA JUGA: Arab Saudi Vonis Mati 5 Orang Terkait Pembunuhan Khashoggi

Kelompok-kelompok advokasi media internasional mengecam pengumuman itu. Mereka menuding bahwa pengadilan yang dilangsungkan adalah pengadilan sandiwara.

Sherif Mansour dari Komisi Perlindungan Wartawan (CPJ) mengatakan, "Ini sama sekali tidak memuaskan tuntutan kami akan keadilan bagi Khashoggi. Kami tidak hanya menuntut mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu, tapi mempersoalkannya hingga ke tingkat tertinggi pemerintahan Saudi.”

Sejumlah kecil diplomat, termasuk dari Turki, dan anggota keluarga Khashoggi, diizinkan menghadiri kesembilan sidang pengadilan itu di Riyadh, sementara media-media independen dilarang menghadirinya. Para diplomat asing disumpah untuk merahasiakan apa yang mereka lihat dan dengar dalam pengadilan itu sehingga membuat banyak pihak mempertanyakan transparansi dan akuntabilitas pengadilan itu.

Khashoggi adalah pengecam keras keluarga kerajaan Saudi. Rincian pembunuhannya, yang terekam kamera pengawas dinas intelijen Turki, menimbulkan pertanyaan mengenai kemungkinan adanya kaitan antara para agen yang melakukan pembunuhan itu dan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman. Namun, ia membantah terlibat dalam pembunuhan itu.

Salam satu terdakwa dalam pembunuhan Khashoggi adalah mantan penasehat kerajaan Saudi, Saud al-Qahtani. Ia diyakini sebagai dalang pembunuhan Khashoggi, dan dibebaskan dari semua tuduhan.

Shalaan al-Shalaan mengatakan, "Ya, penyelidikan dilangsungkan oleh penuntut umum. Dakwaan diajukan terhadap dirinya, dan pengadilan memutusan untuk membebaskannya karena kurangnya bukti untuk memutuskannya bersalah dalam kasus ini.”

Agnès Callamard, pelapor khusus PBB untuk kasus pembunuhan di luar proses hukum, menulis laporan mengenai kasus Khashoggi. Ia mengecam pengadilan itu sebagai sandiwara belaka dan anti-tesis keadilan.

Dalam cuitannya di Twitter, Senin (23/12), pejabat PBB ini mengecam baik penindasan politik, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di Arab Saudi, maupun kolaborasi internasional atas apa yang disebutnya imunitas terhadap pembunuhan jurnalis. Jasad Khashoggi hingga saat ini belum ditemukan.

AS memberlakukan sanksi-sanksi terhadap 17 warga Saudi yang diduga terlibat dalam pembunuhan itu. Presiden Donald Trump mengecam pembunuhan itu, namun mendukung putera mahkota Saudi dan membela hubungannya dengan Arab Saudi. [ab/uh]