Kesuksesan Indonesia dan Rahasia 400 Taksi

  • Nurhadi Sucahyo

"Taksi" yang membawa pimpinan delegasi negara dan lembaga internasional selama Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali.

Pertemuan IMF-Bank Dunia berakhir pada Minggu sore (14/10). Indonesia bersyukur acara bertaraf internasional ini berjalan sukses.

Taksi yang dikemudikan Adang Darmana meliuk di jalanan Nusa Dua. Di belakang, di depan, dan di kejauhan suara sirene polisi pengawal rombongan delegasi pertemuan IMF-Bank Dunia berbunyi keras meminta jalan. Dalam seminggu terakhir, suara itu akrab sekali di telinga sopir asal Pati, Jawa Tengah itu. “Sedang banyak tamu, kabarnya 30 ribu orang lebih yang datang ke Nusa Dua,” katanya.

Yang mungkin Adang tidak pahami adalah, mobil-mobil yang dikawal polisi itu juga taksi, seperti mobil yang dia kemudikan. Hanya, tentu saja lebih mewah, dan tamu yang duduk di kursi belakang adalah pemimpin negara atau lembaga internasional dari seluruh penjuru dunia. Bedanya, di atap dan lambung mobil itu, tidak terpampang tulisan Taksi.

Soal identitas mobil mewah yang ternyata taksi ini baru diketahui lewat cerita Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. Dalam keterangan pers mengenai capaian Indonesia sebagai tuan rumah, Sabtu sore (13/10) di Nusa Dua, Bali, Luhut berbagi kisah ketika satu mobil dengan Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim, Luhut mengatakan ke Kim bahwa kendaraan yang mereka tumpangi adalah taksi. Kata Luhut, Kim tertawa mendengar informasi itu.

BACA JUGA: Jack Ma: Saya Terlalu Tua untuk Alibaba

“Ini ada orang kritik kita soal mobil mewah. Dia tanya Mobil mewah mana? Ini yang kamu naik ini. Ini Mercedes Jim. Ada dua tipe yang kami pakai 2013 dan 2015. Yang saya naiki waktu itu 2015. Jim bilang oke, no problem. But Jim this is a cab (Jim ini taksi). Dia bilang apa? Terus dia ketawa. Jadi Anda bayangkan. Presiden Bank Dunia kita suruh naik taksi. Jadi kalau ada orang Jakarta bilang kita mewah-mewah, saya bilang aneh. Asal bunyi saja," kata Luhut.

Luhut seolah ingin menjawab kritik yang mengatakan bahwa panitia yang dipimpinnya menghamburkan terlalu banyak uang untuk acara tersebut. Dia menjelaskan, banyak hal sudah dihemat. Bahkan dari jumlah yang tersiar sebelumnya, yaitu sekitar Rp 855,5 miliar, hingga Sabtu tercatat pemakaian Rp. 566 miliar.

Dengan anggaran tersebut, tidak terdengar suara sumbang dari para delegasi selama penyelenggaraan acara. Semua agenda berjalan lancar, termasuk layanan penunjang seperti hotel, transportasi, pemandu rombongan dan seluruh relawan yang bekerja maksimal. Keamanan juga terjamin serta dukungan penuh masyarakat Bali yang menyambut tamunya dengan sangat baik.

BACA JUGA: ‘Game of Thrones’ dan Balada Ekonomi Dunia

“Kita bangga dengan Indonesia ini. Madame Lagarde duduk di samping saya ketika host country reception dan dia bilang “well done.” Jim Kim juga memberikan ucapan yang sama. Indonesia bisa menyelenggarakan sebuah pertemuan yang luar biasa rapi,” tambah Luhut.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengaku cukup banyak menerima sanjungan koleganya dari seluruh dunia. Kesan terbesar adalah keramahan masyarakat Indonesia, produk-produk dalam pameran yang berkualitas, hingga manajemen acara yang rapi. Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde bahkan selalu memakai busana bercorak Indonesia, dan itu dilakukan sebagai penghargaan bagi tuan rumah.

“Nama baik kita menamcap di kepala mereka semua. Dua tahun mendatang Maroko akan menjadi tuan rumah dan mereka mendapat tekanan karena standar Indonesia menjadi sangat tinggi untuk menjadi tuan rumah. Mereka sangat khawatir, menterinya sebelum penutupan sempat menyampaikan ke saya hal itu. Bahkan Arab Saudi yang akan menjadi host untuk G-20 pun melakukan observasi. Kita barangkali tidak tahu, tetapi orang-orang melihat ke detil kecil yang mengesankan,” ujar Sri Mulyani.

Your browser doesn’t support HTML5

Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia Berlangsung Sukses

Sri Mulyani mencatat beberapa isu penting yang dibahas dalam rangkaian pertemuan IMF-Bank Dunia tahun ini. Misalnya peluncuran versi pertama Human Capital Index (HCI), dimana Indonesia menjadi salah satu adaptor pertama. Indonesia juga menandatangani proyek-proyek infrastruktur yang akan dibiayai melalui kerjasama pemerintah dengan lembaga keuangan internasional.

Persoalan tanggap bencana juga menjadi isu utama, terutama mengenai kerangka pembiayaan resiko bencana. Kerangka kebijakan itu penting, karena Indonesia rawan bencana. Indonesia akan membahas instrumen baru pendanaan paska bencana, dengan belajar dari negara-negara lain. Indonesia juga dinilai cukup maju dalam teknologi keuangan, terutama dengan pesarnya perkembangan aplikasi seperti Gojek dan Bukalapak. Selain itu, sejumlah proyek sosial juga digagas oleh para pengelola yayasan sosial dunia. "Banyak orang datang ke Bali memberikan pengaruh luar biasa untuk membantu Indonesia. Melinda Gates diantaranya, ingin membantu riset melalui Biofarma untuk memproduksi vaksin, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga untuk dunia," kata Sri Mulyani.

(Dari kiri ke kanan) Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, Ketua IMF Christine Lagarde, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur BI Perry Warjiyo pada penutupan pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, 14 Oktober 2018.

Lalu, bagaimana dengan orang Bali sendiri?

Setiap orang yang ditemui VOA menyambut baik acara-acara besar yang diselenggarakan di Bali. Pulau ini dan masyarakatnya hidup dari pariwisata, sehingga penyelenggaraan pertemuan IMF-Bank Dunia kali ini diharapkan menjadi pemacu yang baru. Gubernur Bali, I Wayan Koster mencatat, ada manfaat langsung dan tidak langsung yang mereka rasakan.

Your browser doesn’t support HTML5

Kesuksesan Indonesia dan Rahasia 400 Taksi

“Lapangan kerja bertambah banyak, kira-kira sampai 32 ribu. Kemudan PDRB nya saya yakin akan naik diatas 1,2 triliun tahun ini. Petumbuhan ekonomi tanpa pertemuan IMF-Bank Dunia 5,9 persen tapi dengan adanya pertemuan ini saya yakin bisa di atas 6,5 persen. Ini adalah anugerah buat Bali. Jangka panjangnya buat kami, ini adalah promosi citra pariwisata. Bali memang sudah terkenal tetapi harus terus dibenahi karena persaingan dengan kota-kota tujuan wisata di seluruh dunia,” jelasnya.

Meski sudah berakhir pada Minggu (14/10) sore, sebagian besar dari ribuan anggota delegasi dikabarkan masih akan tetap tinggal di Bali. Apalagi, setelah mengikuti agenda yang begitu ketat selama satu pekan terakhir, tentu menikmati senja di Kuta, menjelajah kampung adat, menonton pentas seni dan hingga kawasan Garuda Wisnu Kencana tak boleh dilewatkan begitu saja.