Ketegangan Memuncak Sementara Bangladesh Tuding India ‘Sebarkan Misinformasi’

Aktivis Hindu meneriakkan slogan-slogan menuntut pembebasan pemimpin biksu Hindu Bangladesh yang dipenjara Chinmoy Krishna Das Brahmachari, selama protes untuk mengutuk penangkapannya, di Kolkata, India, 28 November 2024.

Ketegangan antara India dan Bangladesh telah meningkat ke level yang mengkhawatirkan setelah penangkapan seorang biksu Hindu baru-baru ini di Dhaka dan tuduhan bahwa warga Hindu dianiaya di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu.

Kelompok-kelompok Hindu di India telah melancarkan protes anti-Bangladesh dalam beberapa pekan terakhir. Namun, para pejabat Bangladesh mengatakan tuduhan penganiayaan itu tidak berdasar. Mereka mengatakan media berita India dan para pengguna media sosial menyebarkan misinformasi dan menyulut ketegangan.

Hubungan diplomatik antara kedua negara itu memburuk sejak Agustus, sewaktu pemberontakan yang dipimpin mahasiswa menggulingkan perdana menteri Bangladesh yang otoriter, Sheikh Hasina. Ia melarikan diri ke India dan berlindung di negara itu.

Penangkapan Chinmoy Krishna Das

Kemudian pada 25 November, seorang biksu Hindu Bangladesh, Chinmoy Krishna Das, ditangkap di bandara Dhaka atas tuduhan melakukan penghasutan. Ia dituduh mengibarkan bendera Hindu berwarna kuning kunyit di atas sebuah bendera nasional Bangladesh dalam unjuk rasa Oktober lalu di kota pesisir Chittagong.

Das adalah aktivitas bagi kelompok-kelompok minoritas agama di Bangladesh. Hingga Juli, ia adalah anggota International Society of Krishna Consciousness (ISKCON), yang juga dikenal sebagai gerakan Hare Krishna. Ia dikeluarkan dari ISKCON setelah dituduh melakukan pelecehan terhadap anak-anak.

Aksi protes umat Hindu India di luar Komisi Tinggi Bangladesh di Mumbai, 2 Desember 2024, di tengah kerusuhan di Bangladesh setelah penangkapan biksu Hindu Chinmoy Krishna Das Brahmachari. (Indranil MUKHERJEE / AFP)

Penangkapan Das atas tuduhan penghasutan itu memicu protes oleh para pendukungnya, dan seorang pengacara Muslim tewas dibunuh di luar gedung pengadilan di Chittagong.

Kemarahan di India

Di negara tetangga, India, para pengunjuk rasa menyerukan pembebasan Das, yang masih berada dalam tahanan. Sidang berikutnya mengenang pembebasan dengan jaminan dijadwalkan berlangsung pada 2 Januari.

Kelompok-kelompok Hindu telah melancarkan unjuk rasa dan mendesak PM Narendra Modi agar menekan Dhaka untuk membebaskan Das dan mengambil tindakan untuk menghentikan serangan-serangan terhadap umat Hindu di Bangladesh.

Pada Rabu lalu, V Bhagaiah, anggota komite nasional Rashtriya Swayamsevak Sangh, mentor ideologis partai nasionalis Hindu yang berkuasa di India, Partai Bharatiya Janata (BJP), mengatakan, warga Hindu telah menjadi korban “genosida” di Bangladesh.

“Sementara warga minoritas Hindu dibunuh dan diperkosa, dan kuil-kuil serta properti Hindu dihancurkan, pemerintahan sementara (pimpinan Muhammad Yunus) menyaksikan genosida dengan tenang,” kata Bhagaiah dalam unjuk rasa di Hyderabad.

Mantan perwira Angkatan Darat India Mayjen Gagandeep Bakshi, yang kerap tampil di saluran-saluran TV nasional di India sebagai analis keamanan, mengatakan bahwa untuk mengakhiri penganiayaan warga Hindu di Bangladesh, “satu-satunya solusi” adalah membentuk “sebuah negara Hindu” dari Bangladesh yang berpenduduk mayoritas Muslim.

“Bangladesh di bawah Mohd Yunis (Mohammad Yunus) telah berubah menjadi jihadisme radikal. Bangladesh ingin menyingkirkan warga minoritas Hindunya via genosida dan tampaknya ingin berperang,” tulisnya di X.

“Bagi Bangladesh menjadi dua bagian. Buat negara terpisah bagi warga Hindu Bangladesh.”

Pada 2 Desember, pengunjuk rasa Hindu yang marah menjarah kantor seorang wakil komisaris tinggi Bangladesh di Tripura, negara bagian di perbatasan timur laut India.

Tanggapan Bangladesh

Kuil-kuil dan properti Hindu kerap diserang di Bangladesh selama beberapa tahun ini, diduga dilakukan oleh unsur-unsur Islamis.

Pemerintah Yunus sependapat bahwa warga Hindu menghadapi serangan kekerasan setelah tersingkirnya Hasina. Tetapi kekerasan itu berlatar belakang politik, bukan agama, kata para pejabat.

Tuduhan bahwa komunitas Hindu menjadi sasaran kekerasan di Bangladesh, “sama sekali tidak berdasar,” kata Hasib Aziz, komisaris Kepolisian Metropolitan Chittagong.

“Bahkan sebagian kecil saja dari tuduhan yang muncul di media India bahwa warga Hindu menghadapi penganiayaan di Bangladesh itu tidak benar. Tuduhan bahwa Chinmoy Das ditangkap karena ia Hindu tidaklah berdasar. Ia didakwa atas tuduhan melakukan penghasutan dan ditangkap sesuai UU, karena menghasut kekerasan dan terlibat dalam kegiatan subversif tertentu,” kata Aziz kepada VOA.

“Tidak ada yang menjadi sasaran dalam serangan kebencian anti-Hindu apa pun.”

Mantan PM Sheikh Hasina dan beberapa orang lainnya di India telah meluncurkan kampanye misinformasi terpadu yang mengklaim bahwa warga Hindu “menghadapi genosida” di Bangladesh, kata mantan diplomat Bangladesh Khalilur Rahman kepada VOA.

“Semua yang mereka inginkan adalah mendestabilisasi Bangladesh,” kata Khalilur Rahman, perwakilan senior Penasihat Utama Muhammad Yunus, yang memimpin Bangladesh.

BACA JUGA: Pengadilan Bangladesh Perintahkan Penyelesaian Penyelidikan Sheikh Hasina Selambatnya Bulan Depan

Ia mengatakan pemerintah sementara di Bangladesh telah menekankan pentingnya memperbaiki hubungan antara kedua negara, berdasarkan sikap saling respek.

“Menteri luar negeri kami bertemu dengan sejawatnya dari India di Dhaka hari ini. Kami berharap dapat melihat berbagai upaya untuk memajukan hubungan bilateral kami ke arah yang positif. Ini menjadi kepentingan terbaik bagi kedua negara dan kawasan,” lanjutnya.

Meghmallar Basu, presiden Serikat Mahasiswa, organisasi mahasiswa berhaluan kiri di Dhaka University, mengatakan bahwa menyebut ketegangan dan kekerasan di Bangladesh sebagai “genosida terhadap warga Hindu” adalah “kebohongan yang memalukan.”

Basu, seorang Hindu, mengakui adanya serangan terhadap sejumlah kuil dan rumah warga Hindu oleh “kekuatan-kekuatan antisosial” tertentu yang memanfaatkan tumbangnya pemerintahan Hasina.

“Misinformasi yang disebarkan para aktivis Hindu di India secara sengaja di media sosial memperburuk hubungan antara kedua negara,” kata Basu. “Hubungan Hindu-Muslim di negara kami juga terancam memburuk karena propaganda ini.” [uh/jm]