Ketegangan Turki-Irak Persulit Perang Lawan ISIS di Mosul

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi dalam kunjungan ke pangkalan militer di Kamp Tariq dekat Fallujah, Irak, Juni 2016.

Ketegangan meningkat ketika parlemen Turki menyetujui perpanjangan kehadiran pasukannya di Irak untuk satu tahun lagi guna memerangi organisasi teroris.

Sebuah operasi untuk merebut kembali kota terbesar kedua di Irak, Mosul, dari kelompok militan Negara Islam (ISIS), semakin mendekat, dan ketegangan antara Irak dan Turki menyaksikan eskalasi akibat keterlibatan militer Turki dalam serangan itu.

Pertikaian antara Irak dan Turki meningkat Rabu (5/10) setelah muncul peringatan dari Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi bahwa kehadiran pasukan Turki di utara Irak berisiko memicu sebuah konfrontasi kawasan.

Sekitar 1.000 tentara Turki ditempatkan dekat Mosul guna melindungi apa yang oleh Ankara disebut sebagai “kepentingan Turki,” termasuk pelatihan untuk pasukan Kurdi dan Sunni guna memerangi ISIS.

Turki ingin pasukannya ikut serta dalam pertempuran untuk merebut kembali Mosul oleh pasukan Irak, Kurdi dan Arab. Sementara itu, Baghdad mengatakan, pasukan Turki harus meninggalkan Irak.

Ketegangan meningkat ketika parlemen Turki menyetujui perpanjangan kehadiran pasukannya di Irak untuk satu tahun lagi guna memerangi organisasi teroris. Pemerintah Irak menyerahkan sebuah surat protes kepada Duta Besar Turki Rabu. [jm]