Ketidakpastian waktu dan besaran kenaikan harga BBM, menurut pengamat ekonomi, Fadil Hasan membuat harga-hara justru tidak stabil.
Meski pemerintah menegaskan harga berbagai kebutuhan stabil setelah kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi ditunda, tidak demikian halnya yang dialami masyarakat.
Kepada VoA di Jakarta, Minggu, ibu Nuryati, konsumen di sebuah pasar tradisional di Jakarta berpendapat tidak terbukti jika pemerintah menegaskan harga-harga stabil. Ia berharap pemerintah ikut berperan dalam menurunkan harga-harga dan tidak seluruhnya menyerahkan kemekanisme pasar.
“Ini aja ikan sudah mahal sekali, belanjaan apa-apa dah pada ngeluh, kepada pemerintah agar jangan dinaikin, kasihan ini masyarakat kecil,” keluh Nuryati.
Pengamat ekonomi dari lembaga kajian ekonomi, Indef, Fadil Hasan menilai selama pemerintah belum dapat memastikan harga BBM naik, maka selama itu pula harga-harga kebutuhan dipermainkan para spekulan.
“Ketidakpastian itu berjalan ya itu akan menciptakan ketidakstabilan, artinya pedagang, konsumen itu pasti akan me reserve dia punya behavior apa yang akan dilakukan, jadi espektasi terhadap inflasi itu biasanya masih ada dan mungkin cenderung meningkat, cermatilah dari sisi bagaimama kita mengelola inflasi ini,” ungkap Fadil Hasan.
Fadil menambahkan bulan April adalah saat banyaknya pasokan akibat musim panen terutama padi sehingga tidak ada alasan harga berbagai kebutuhan naik karena tidak terjadi kelangkaan di pasar. Pemerintah ditambahkannya harus segera membantu masyarakat terutama masyarakat kurang mampu melalui operasi pasar.
“Yang terjadi sekarang ini adalah saya kira dampak dari pada pemerintah waktu itu mengumumkan akan menaikkan harga BBM, biasanya kan ada spekulasi disitu walaupun mungkin dari sisi pasokan bulan-bulan April itu seharusnya cukup terutama padi, ini musim panen raya, biasanya kalau beras harganya stabil atau cenderung turun, harga-harga barang kebutuhan lainnya pun mengikuti tren tersebut, nah sekarang kalau terjadi ada kenaikan harga-harga tersebut karena pemerintah sendiri yang men trigger itu, kemudian ditunda kenaikan harga BBM itu biasanya sukar kembali dalam jangka pendek ini untuk turun,” papar Fadil.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik atau BPS menegaskan meski kenaikan harga BBM ditunda namun diperkirakan inflasi akan naik karena harga berbagai kebutuhan naik. Sejak kenaikan harga BBM yang semula akan diterapkan mulai awal April 2012 ditunda, kenaikan harga berbagai kebutuhan terus terjadi. Pemerintah belum melakukan operasi pasar karena kenaikan harga saat ini dinilai masih wajar.
Sementara itu, pemerintah boleh menaikkan harga BBM jika harga minyak mentah dunia rata-rata sebesar 127,5 dollar Amerika per barrel dalam waktu enam bulan, atau naik sekitar 15 persen dari asumsi harga minyak mentah dunia dalam APBN tahun ini sebesar 105 dolar Amerika per barrel.
Kepada VoA di Jakarta, Minggu, ibu Nuryati, konsumen di sebuah pasar tradisional di Jakarta berpendapat tidak terbukti jika pemerintah menegaskan harga-harga stabil. Ia berharap pemerintah ikut berperan dalam menurunkan harga-harga dan tidak seluruhnya menyerahkan kemekanisme pasar.
“Ini aja ikan sudah mahal sekali, belanjaan apa-apa dah pada ngeluh, kepada pemerintah agar jangan dinaikin, kasihan ini masyarakat kecil,” keluh Nuryati.
Pengamat ekonomi dari lembaga kajian ekonomi, Indef, Fadil Hasan menilai selama pemerintah belum dapat memastikan harga BBM naik, maka selama itu pula harga-harga kebutuhan dipermainkan para spekulan.
“Ketidakpastian itu berjalan ya itu akan menciptakan ketidakstabilan, artinya pedagang, konsumen itu pasti akan me reserve dia punya behavior apa yang akan dilakukan, jadi espektasi terhadap inflasi itu biasanya masih ada dan mungkin cenderung meningkat, cermatilah dari sisi bagaimama kita mengelola inflasi ini,” ungkap Fadil Hasan.
Fadil menambahkan bulan April adalah saat banyaknya pasokan akibat musim panen terutama padi sehingga tidak ada alasan harga berbagai kebutuhan naik karena tidak terjadi kelangkaan di pasar. Pemerintah ditambahkannya harus segera membantu masyarakat terutama masyarakat kurang mampu melalui operasi pasar.
“Yang terjadi sekarang ini adalah saya kira dampak dari pada pemerintah waktu itu mengumumkan akan menaikkan harga BBM, biasanya kan ada spekulasi disitu walaupun mungkin dari sisi pasokan bulan-bulan April itu seharusnya cukup terutama padi, ini musim panen raya, biasanya kalau beras harganya stabil atau cenderung turun, harga-harga barang kebutuhan lainnya pun mengikuti tren tersebut, nah sekarang kalau terjadi ada kenaikan harga-harga tersebut karena pemerintah sendiri yang men trigger itu, kemudian ditunda kenaikan harga BBM itu biasanya sukar kembali dalam jangka pendek ini untuk turun,” papar Fadil.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik atau BPS menegaskan meski kenaikan harga BBM ditunda namun diperkirakan inflasi akan naik karena harga berbagai kebutuhan naik. Sejak kenaikan harga BBM yang semula akan diterapkan mulai awal April 2012 ditunda, kenaikan harga berbagai kebutuhan terus terjadi. Pemerintah belum melakukan operasi pasar karena kenaikan harga saat ini dinilai masih wajar.
Sementara itu, pemerintah boleh menaikkan harga BBM jika harga minyak mentah dunia rata-rata sebesar 127,5 dollar Amerika per barrel dalam waktu enam bulan, atau naik sekitar 15 persen dari asumsi harga minyak mentah dunia dalam APBN tahun ini sebesar 105 dolar Amerika per barrel.