Keunggulan PM Belanda Menyusut Sementara Pemilu Parlemen Masuki Hari ke-2

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte berbicara dalam konferensi pers di akhir KTT Uni Eropa di Brussel, Jumat, 21 Februari 2020. (Foto: AP)

Keunggulan partai konservatif Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dalam jajak pendapat terus menyusut, Selasa (16/3), menurut sebuah survei baru yang diterbitkan menjelang hari kedua pemungutan suara pemilu nasional.

Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi, partainya Rutte, masih unggul sekitar 10 poin dalam persentase dukungan atas saingan terdekatnya, Partai Kebebasan, sebuah partai antiimigrasi yang dipimpin oleh tokoh anti-Islam Geert Wilders.

Menurut survei lembaga bergengsi Peilingwijzer, partai Rutte kemungkinan akan memenangkan 34 hingga 38 kursi di majelis rendah parlemen yang memiliki 150 kursi. Partai Wilders diperkirakan akan memenangkan 17 hingga 21 kursi.

Rutte telah memimpin tiga koalisi berkuasa terakhir di Belanda dan telah berkuasa selama lebih dari satu dekade. Popularitasnya melonjak tahun lalu ketika ia berulang kali muncul di televisi untuk menjelaskan dengan sungguh-sungguh upaya pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus corona. Namun, tingkat dukungan terhadapnya menyusut dalam beberapa pekan terakhir karena pemilu semakin dekat dan ketidaksabaran publik yang meningkat atas lockdown ketat yang diberlakukan di negara itu.

BACA JUGA: Orang Paling Berkuasa Suriname Incar Masa Jabatan Ketiga

“Saya pikir Rutte telah memerintah dengan baik," kata Guido van den Elshout, 72, seorang warga Belanda setelah memberikan suaranya di gedung parlemen Belanda di Den Haag, Senin (15/3). Tapi, ia menambahkan, “Saya tidak memilihnya. Ia perdana menteri yang baik, tapi saya pikir ia sudah ketinggalan zaman.''

Menteri Dalam Negeri Kajsa Ollongren mengatakan, Selasa (16/3), dalam sebuah surat ke Parlemen bahwa ia akan memberi tahu kota-kota yang bertanggung jawab menghitung suara untuk mengubah cara mereka menangani pemungutan suara melalui pos setelah muncul laporan satu hari sebelumnya tentang apa yang oleh kementeriannya disebut sebagai “kesalahan prosedural dengan pemungutan suara melalui pos''.

Lembaga penyiaran nasional NOS melaporkan bahwa sejumlah kota mengatakan bahwa beberapa suara melalui pos mungkin tidak valid karena pemilih tidak mengikuti instruksi dengan benar saat mengirimkan surat suara mereka.

Lembaga penyiaran itu melaporkan dari kota kecil Bernheze bahwa dari 1.688 orang yang memberikan suara melalui surat, 143 suara kemungkinan tidak sah.

BACA JUGA: Pengadilan Perintahkan Belanda Cabut Jam Malam COVID-19 

Meningkatnya penggunaan pemungutan suara melalui pos untuk orang-orang berusia 70 tahun ke atas adalah salah satu langkah yang dimaksudkan untuk membuat pemilu aman di tengah tingkat infeksi virus corona yang sangat tinggi di Belanda. Di negara berpenduduk sekitar 17 juta orang ini, lebih dari 16 ribu orang dipastikan meninggal karena COVID-19.

Pemungutan suara dilangsungkan selama tiga hari, mulai Senin, dengan dua hari pertama dimaksudkan untuk memungkinkan orang-orang yang dianggap lebih rentan terhadap virus memberikan suara di TPS-TPS yang tidak sesibuk hari-hari pemilihan biasa.

Hari terakhir pemungutan suara adalah Rabu (17/3) dan hasilnya diharapkan mulai bergulir setelah TPS-TPS tutup pada pukul 21.00 waktu setempat.

Partai yang memenangkan kursi terbanyak akan berada di baris pertama untuk memimpin pembicaraan untuk membentuk koalisi yang berkuasa berikutnya. Jika itu Rutte, dan ia berhasil menyusun pemerintahan baru, ia bisa menjadi perdana menteri yang paling lama menjabat di negara itu. [ab/uh]