Kharkiv Digempur Bom pada Hari ke-6 Invasi Rusia di Ukraina

Petugas layanan darurat memeriksa kerusakan di dalam gedung Balai Kota di Kharkiv, Ukraina, Selasa, 1 Maret 2022. (Foto: via AP)

Kota terbesar kedua Ukraina menghadapi gempuran Rusia yang kian meningkat pada Selasa (1/3), sementara satu barisan pasukan Rusia berada di sepanjang jalan di sebelah utara Ibu Kota Ukraina, Kyiv, pada hari keenam invasi Rusia terhadap negara tetangganya itu.

Kementerian Luar Negeri Ukraina membagikan video salah satu serangan di gedung Administrasi Pemerintah Regional Kharkiv di pusat kota, yang menyisakan bola api raksasa dan asap.

“Serangan terhadap Kharkiv adalah kejahatan perang,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pernyataan video. “Ini adalah tindak terorisme negara di pihak Rusia.”

Seorang pejabat layanan darurat mengatakan serangan itu menewaskan sedikitnya enam orang dan mencederai 20 lainnya.

BACA JUGA: Khamenei: AS Bertanggung Jawab Atas Perang di Ukraina

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, Selasa (1/3) mengatakan bahwa serangan bom Rusia terhadap infrastruktur sipil yang terjadi hari Senin di Kharkiv “melanggar hukum perang.”

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengesampingkan tuduhan kejahatan perang dan mengatakan kepada wartawan bahwa “pasukan Rusia tidak melakukan serangan apa pun terhadap infrastruktur sipil dan kawasan permukiman.”

Ukraina juga melaporkan Selasa (1/3) bahwa pasukan dari sekutu Rusia, Belarus, telah memasuki kawasan Chernihiv, Ukraina.

Gambar satelit menunjukkan kobaran api di gudang "Epicentr K" dan menghancurkan ladang di Chernihiv, Ukraina 28 Februari 2022. (BLACKSKY/Handout via REUTERS)

Di Polandia, Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan NATO akan meminta pertanggungjawaban Rusia dan Belarus atas apa yang terjadi di Ukraina.

“Presiden Putin telah menghancurkan perdamaian di Eropa. Sekutu-sekutu mengutuk invasi brutal dan zalim terhadap Ukraina. Serangan Rusia sama sekali tidak dapat diterima dan ini dimungkinkan oleh Belarus.”

Stoltenberg menegaskan bahwa NATO tidak akan mengirim pasukan untuk berperang di Ukraina, juga tidak akan berpatroli di angkasa Ukraina, sambil meminta Rusia agar segera “menghentikan perang” dan menarik mundur pasukannya. Berbicara di samping Presiden Polandia Andrzej Duda, Stoltenberg berterima kasih kepada Polandia karena membuka perbatasannya untuk pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran di Ukraina.

Badan pengungsi PBB Selasa (1/3) menyatakan lebih dari 660 ribu orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, telah melarikan diri dari Ukraina ke negara-negara tetangga sejak Kamis.

Kantor HAM PBB melaporkan sedikitnya 136 warga sipil tewas di Ukraina. “Korban sesungguhnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi,” kata Juru Bicara Kantor HAM PBB, Liz Throssell dalam konferensi pers.

Markas pemerintahan Kharkiv yang rusak terkena tembakan di Kharkiv, Ukraina, pada 1 Maret 2022. (Foto: AFP)

Pasukan Rusia di sebelah utara Kyiv diawasi dengan cermat di tengah-tengah kekhawatiran mengenai serangan terhadap ibu kota. Para pejabat pertahanan AS dan intelijen Inggris menyatakan konvoi itu belum membuat banyak kemajuan ke arah kota itu dalam beberapa hari ini, dengan seorang pejabat AS memberitahu wartawan pada Senin (28/2) bahwa “dorongan utama” berada dalam jarak 25 kilometer di luar kota itu.

Citra satelit dari Maxar Technologies telah menunjukkan bahwa konvoi semakin panjang, membentang sekitar 64 kilometer dalam foto-foto yang diambil hari Senin.

BACA JUGA: Dunia Kompak Ganjar dengan Sanksi, Rusia Makin Terisolasi

“Bagi musuh, Kyiv adalah target utama,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pesan video pada Senin (28/2) malam. “Kami tidak akan membiarkan mereka mendobrak pertahanan ibu kota, dan mereka mengirim para penyabot kepada kami … Kami akan melumpuhkan mereka semua.”

Kremlin menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin memberitahu pemimpin Prancis Emmanuel Macron dalam percakapan telepon hari Senin bahwa suatu penyelesaian hanya dapat terjadi jika “kepentingan keamanan Rusia yang sah” dipertimbangkan, termasuk demiliterisasi Ukraina.

Australia pada Selasa (1/3) mengumumkan rencana untuk mengirimkan misil-misil ke Ukraina sebagai bagian dari paket bernilai 50 juta dolar. PM Australia Scott Morrison mengatakan kepada wartawan bahwa bantuan letal dan nonletal datang sebagai tanggapan atas seruan Zelenskyy kepada sekutu-sekutu Ukraina agar mengirimkan dukungan bagi militer negaranya untuk melawan invasi Rusia, dan “itulah persisnya yang kami lakukan,” kata Morrison.

Sebuah mainan tergeletak di antara puing-puing di dekat gedung apartemen yang rusak akibat serangan roket, di Kyiv, Ukraina, Sabtu, 26 Februari 2022. (Foto: AP/Emilio Morenatti)

Para anggota parlemen AS sedang mempertimbangkan permintaan Gedung Putih bagi bantuan militer dan kemanusiaan bernilai 6,4 miliar dolar untuk Ukraina. Duta Besar Ukraina untuk AS Oksana Markarova mengatakan kepada sekelompok senator AS dalam pertemuan hari Senin bahwa Ukraina memerlukan lebih banyak senjata.

“Ini David versus Goliath,” kata Senator Jim Risch, anggota senior partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri, seraya menyebutkan tentang militer Rusia yang jauh lebih besar daripada militer Ukraina. “Menurut saya setiap manusia yang membaca laporan dari sana menyadari bahwa ini mengerikan.”

BACA JUGA: Kanada Larang Impor Minyak Mentah Rusia

Markarova juga menganjurkan sanksi-sanksi AS terhadap sektor minyak dan gas Rusia setelah bergabung bersama banyak negara lain untuk menetapkan tekanan ekonomi terhadap Putin dengan sanksi-sanksi yang menarget para pejabat tinggi, tokoh-tokoh bisnis dan sistem keuangan Rusia.

“Kita perlu mempertimbangkan arus energi dari Rusia ke AS dan meminta sekutu-sekutu kita untuk tujuan yang sama,” kata senator Demokrat Richard Blumenthal. [uh/ab]